Kamis, 29 Desember 2011

JENIS-JENIS MAJAS DAN CONTOHNYA

HOME
Internet Komputer
Printer
Tentang Saya

Home » Bahasa » Macam-macam Majas (Gaya Bahasa)
Macam-macam Majas (Gaya Bahasa)

Diposkan oleh Gunandar Azikin on Sabtu, 24 Desember 2011
Berikut Macam-macam Majas atau Gaya Bahasa dalam Bahasa Indonesia :

1. Klimaks
Adalah semacam gaya bahasa yang menyatakan beberapa hal yang dituntut semakin lama semakin meningkat.
Contoh : Kesengsaraan membuahkan kesabaran, kesabaran pengalaman, dan pengalaman harapan.

2. Antiklimaks
Adalah gaya bahasa yang menyatakan beberapa hal berurutan semakin lma semakin menurun.
Contoh : Ketua pengadilan negeri itu adalah orang yang kaya, pendiam, dan tidak terkenal namanya

3. Paralelisme
Adalah gaya bahasa penegasan yang berupa pengulangan kata pada baris atau kalimat. Contoh : Jika kamu minta, aku akan datang

4. Antitesis
Adalah gaya bahasa yang menggunakan pasangan kata yang berlawanan maknanya.
Contoh : Kaya miskin, tua muda, besar kecil, smuanya mempunyai kewajiban terhadap keamanan bangsa.
Reptisi adalah perulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai

5. Epizeuksis
Adalah repetisi yang bersifat langsung, artinya kata yang dipentingkan diulang beberapa kali berturut-turut.
Contoh : Kita harus bekerja, bekerja, dan bekerja untuk mengajar semua ketinggalan kita.

6. Tautotes
Ada;aj repetisi atas sebuah kata berulang-ulang dalam sebuah konstruksi.
Contoh : kau menunding aku, aku menunding kau, kau dan aku menjadi seteru

7. Anafora
Adalah repetisi yang berupa perulangan kata pertama pada setiap garis.
Contoh : Apatah tak bersalin rupa, apatah boga sepanjang masa

8. Epistrofora
Adalah repetisi yang berwujud perulangan kata atau frasa pada akhir kalimat berurutan Contoh : Bumi yang kau diami, laut yang kaulayari adalah puisi, Udara yang kau hirupi, ari yang kau teguki adalah puisi

9. Simploke
Adalah repetisi pada awal dan akhir beberapa baris atau kalimat berturut-turut.
Contoh : Kau bilang aku ini egois, aku bilang terserah aku. Kau bilang aku ini judes, aku bilang terserah aku.

10. Mesodiplosis
Adalah repetisi di tengah-tengah baris-baris atau beberapa kalimat berurutan.
Contoh : Para pembesar jangan mencuri bensin. Para gadis jangan mencari perawannya sendiri.

11. Epanalepsis
Adalah pengulangan yang berwujud kata terakhir dari baris, klausa atau kalimat, mengulang kata pertama.
Contoh : Kita gunakan pikiran dan perasaan kita.

12. Anadiplosis
Adalah kata atau frasa terakhir dari suatu klausa atau kalimat menjadi kata atau frasa pertama dari klausa berikutnya.
Contoh : Dalam baju ada aku, dalam aku ada hati. Dalam hati : ah tak apa jua yang ada.

13. Aliterasi
Adalah gaya bahasa berupa perulangan bunyi vokal yang sama.
Contoh : Keras-keras kena air lembut juga

14. Asonansi
Adalah gaya bahasa berupa perulangan bunyi vokal yang sama.
Contoh : Ini luka penuh luka siapa yang punya

15. Anastrof atau Inversi
Adalah gaya bahasa yang dalam pengungkapannya predikat kalimat mendahului subejeknya karena lebih diutamakan.
Contoh : Pergilah ia meninggalkan kami, keheranan kami melihat peranginya.

16. Apofasis atau Preterisio
Adalah gaya bahasa dimana penulis atau pengarang menegaskan sesuatu, tetapi tampaknya menyangkal.
Contoh : Saya tidak mau mengungkapkan dalam forum ini bahwa saudara telah menggelapkan ratusan juta rupiah uang negara

17. Apostrof
Adalah gaya bahasa yang berbentuk pengalihan amanat dari para hadirin kepada sesuatu yang tidak hadir.
Contoh : Hai kamu semua yang telah menumpahkan darahmu untuk tanah air bercinta ini berilah agar kami dapat mengenyam keadilan dan kemerdekaan seperti yang pernah kau perjuangkan

18. Asindeton
Adalah gaya bahasa yang menyebutkan secara berturut-turut tanpa menggunakan kata penghubung agar perhatian pembaca beralih pada hal yang disebutkan.
Contoh : Dan kesesakan kesedihan, kesakitan, seribu derita detik-detik penghabisan orang melepaskan nyawa.

19. Polisindeton
Adalah gaya bahasa yang menyebutkan secara berturut-turut dengan menggunakan kata penghubung.
Contoh : Kemanakah burung-burung yang gelisah dan tak berumah dan tak menyerah pada gelap dan dingin yang merontokkan bulu-bulunya?

20. Kiasmus
Adalah gaya bahasa yang terdiri dari dua bagian, yang bersifat berimbang, dan dipertentangkan satu sama lain, tetapi susunan frasa dan klausanya itu terbalik bila dibandingkan dengan frasa atau klausa lainnya.
Contoh : Semua kesabaran kami sudah hilang, lenyap sudah ketekunan kami untuk melanjutkan usaha itu.

21. Elipsis
Adalah gaya bahasa yang berwujud menghilangkan suatu unsur kalimat yang dengan mudah dapat diisi atau ditafsirkan sendiri oleh pembaca.
Contoh : Risalah derita yang menimpa ini.

22. Eufimisme
Adalah gaya bahasa penghalus untuk menjaga kesopanan atau menghindari timbulnya kesan yang tidak menyenangkan.
Contoh : Anak ibu lamban menerima pelajaran

23. Litotes
Adalah gaya bahasa yang dipakai untuk menyatakan sesuatu dengan tujuan merendahkan diri
Contoh : Mampirlah ke gubukku!

24. Histeron Proteron
adalah gaya bahasa yang merupakan kebailikan dari sesuatu yang logis atau kebalikan dari sesuatu yang wajar.
Contoh : Bila ia sudah berhasil mendaki karang terjal itu, sampailah ia di tepi pantai yang luas dengan pasir putihnya

25. Pleonasme
Adalah gaya bahasa yang memberikan keterangan dengan kata-kata yang maknanya sudah tercakup dalam kata yang diterangkan atau mendahului.
Contoh : Darah merah membasahi baju dan tubuhnya

26. Tautologi
Adalah gaya bahasa yang mengulang sebuah kata dalam kalimat atau mempergunakan kata-kata yang diterangkan atau mendahului.
Contoh : Kejadian itu tidak saya inginkan dan tidak saya harapkan

27. Parifrasis
Adalah gaya bahasa yang menggantikan sebuah kata dengan frase atau serangkaian kata yang sama artinya.
Contoh : Kedua orang itu bersama calon pembunuhnya segera meninggalkan tempat itu

28. Prolepsis atau Antisipasi
Adalah gaya bahasa dimana orang mempergunakan lebih dahulu kata-kata atau sebuah kata sebelum peristiwa atau gagasan yang sebenarnya terjadi.
Contoh : Keua orang tua itu bersama calon pembunuhnya segera meninggalkan tempat itu.

29. Erotesis atau Pertanyaan Retoris
Adalah pernyataan yang dipergunakan dalam pidato atau tulisan dengan tujuan untuk mencapai efek yang lebih mendalam dan penekanan yang wajar, dan sama sekali tidak menghendaki adanya suatu jawaban.
Contoh : inikah yang kau namai bekerja?

30. Silepsis dan Zeugma
Adalah gaya dimana orang mempergunakan dua konstruksi rapatan dengan menghubungkan sebuah kata dengan dua kata yang lain sebenarnya hanya salah satunya mempunyai hubungan sebuah kata dengan dua kata yang lain sebenarnya hanya salah satunya mempunyai hubungan dengan kata pertama.
Contoh : ia menundukkan kepala dan badannya untuk memberi hormat kepada kami.

31. Koreksio atau Epanortosis
Adalah gaya bahasa yang mula-mula menegaskan sesuatu, tetapi kemudian memperbaikinya.
Contoh : Silakan pulang saudara-saudara, eh maaf, silakan makan.

32. Hiperbola
Adalah gaya bahasa yang memberikan pernyataan yang berlebih-lebihan.
Contoh : Kita berjuang sampai titik darah penghabisan

33. Paradoks
Adalah gaya bahasa yang mengemukakan hal yang seolah-olah bertentangan, namun sebenarnya tidak karena objek yang dikemukakan berbeda.
Contoh : Dia besar tetapi nyalinya kecil.

34. Oksimoron
adalah gaya bahasa yang mengandung pertentangan dengan mempergunakan kata-kata yang berlawanan dalam frasa yang sama.
Contoh : Keramah-tamahan yang bengis

35. Asosiasi atau Simile
Adalah gaya bahasa yang membandingkan suatu dengan keadaan lain yang sesuai dengan keadaan yang dilukiskannya.
Contoh : Pikirannya kusut bagai benang dilanda ayam

36. Metafora
Adalah gaya bahasa yang membandingkan suatu benda tertentu dengan benda lain yang mempunyai sifat sama.
Contoh : Jantung hatinya hilang tiada berita

37. Alegori
adalah gaya bahasa yang membandingkan kehidupan manusia dengan alam.
Contoh : Iman adalah kemudi dalam mengarungi zaman.

38. Parabel
Adalah gaya bahasa parabel yang terkandung dalam seluruh karangan dengan secara halus tersimpul dalam karangan itu pedoman hidup, falsafah hidup yang harus ditimba di dalamnya.
Contoh : Cerita Ramayana melukiskan maksud bahwa yang benar tetap benar

39. Personifikasi
Adalah gaya bahasa yang mengumpamakan benda mati sebagai makhluk hidup.
Contoh : Hujan itu menari-nari di atas genting

40. Alusi
Adalah gaya bahasa yang menghubungkan sesuatu dengan orang, tempat atau peristiwa.
Contoh : Pkartini kecil itu turut memperjuangkan haknya

41. Eponim
Adalah gaya dimana seseorang namanya begitu sering dihubungakan dengan sifat tertentu, sehingga nama itu dipakai untuk menyatakan suatu sifat tertentu sehingga nama itu dipakai untuk menyatakan sifat itu.
Contoh : Hellen dari Troya untuk menyatakan kecantikan.

42. Epitet
Adalah gaya bahasa yang menyatakan suatu sifat atau ciri yang khusus dari seseorang atau sesuatu hal.
Contoh : Lonceng pagi untuk ayam jantan.

43. Sinekdoke
- Pars Pro Tato
Adalah gaya bahasa yang menyebutkan sebagianhal untuk menyatakan keseluruhan. Contoh : Saya belum melihat batang hidungnya
- Totem Pro Parte
Adalah gaya bahasa yang menyebutkan seluruh hal untuk menyatakan sebagian. Contoh : Thailand memboyong piala kemerdekaan setelah menggulung PSSi Harimau

44. Metonimia
Adalah gaya bahasa yang menggunakan nama ciri tubuh, gelar atau jabatan seseorang sebagai pengganti nama diri. Contoh : Ia menggunakan Jupiter jika pergi ke sekolah

45. Antonomasia
Adalah gaya bahasa yang menyebutkan sifat atau ciri tubuh, gelar atau jabatan seseorang sebagai pengganti nama diri. Contoh : Yang Mulia tak dapat menghadiri pertemuan ini.

46. Hipalase
Adalah gaya bahasa sindiran berupa pernyataan yang berlainan dengan yang dimaksudkan. Contoh : ia masih menuntut almarhum maskawin dari Kiki puterinya (maksudnya menuntut maskawin dari almarhum)

47. Ironi
Adalah gaya bahasa sindiran berupa pernyataan yang berlainan dengan yang dimaksudkan. Contoh : Manis sekali kopi ini, gula mahal ya?

48. Sinisme
adalah gaya bahasa sindiran yang lebih kasar dari ironi atau sindiran tajam
Contoh : Harum bener baumu pagi ini

49. Sarkasme
Adalah gaya bahasa yang paling kasar, bahkan kadang-kadang merupakan kutukan.
Contoh : Mampuspun aku tak peduli, diberi nasihat aku tak peduli, diberi nasihat masuk ketelinga

50. Satire
Adalah ungkapan yang menertawakan atau menolak sesuatu.
Contoh : Ya, Ampun! Soal mudah kayak gini, kau tak bisa mengerjakannya!

1. Inuendo
Adalah gaya bahasa sindiran dengan mengecilkan kenyataan yang sebenarnya.
Contoh : Ia menjadi kaya raya karena mengadakan kemoersialisasi jabatannya

52. Antifrasis
Adalah gaya bahsa ironi yang berwujud penggunaan sebuah kata dengan makna sebaliknya, yang bisa saja dianggap sebagai ironi sendiri, atau kata-kata yang dipakai untuk menangkal kejahatan, roh jahat, dan sebagainya.
Contoh : Engkau memang orang yang mulia dan terhormat

53. Pun atau Paronomasia
Adalah kiasan dengan menggunakan kemiripan bunyi.
Contoh : Tanggal satu gigi saya tinggal satu
54. Simbolik
Adalah gaya bahasa yang melukiskan sesuatu dengan mempergunakan benda-benda lain sebagai simbol atau perlambang.
Contoh : Keduanya hanya cinta monyet.

55. Tropen
Adalah gaya bahasa yang menggunakan kiasan dengan kata atau istilah lain terhadap pekerjaan yang dilakukan seseorang.
Contoh : Untuk menghilangkan keruwetan pikirannya, ia menyelam diri di antara botol minuman.

56. Alusio
Adalah gaya bahasa yang menggunakan pribahasa atau ungkapan.
Contoh : Apakah peristiwa Turang Jaya itu akan terulang lagi?

57. Interupsi
adalah gaya bahasa yang menggunakan kata-kata atau bagian kalimat yang disisipkan di dalam kalimat pokok untuk lebih menjelaskan sesuatu dalam kalimat.
Contoh : Tiba-tiba ia-suami itu disebut oleh perempuan lain.

58. Eksklmasio
Adalah gaya bahasa yang menggunakan kata-kata seru atau tiruan bunyi.
Contoh : Wah, biar ku peluk, dengan tangan menggigil.

59. Enumerasio
Adalah beberapa peristiwa yang membentuk satu kesatuan, dilukiskan satu persatu agar tiap peristiwa dalam keseluruhannya tanpak dengan jelas.
Contoh : Laut tenang. Di atas permadani biru itu tanpak satu-satunya perahu nelayan meluncur perlahan-lahan. Angin berhempus sepoi-sepoi. Bulan bersinar dengan terangnya. Disana-sini bintang-bintang gemerlapan. Semuanya berpadu membentuk suatu lukisan yang haromonis. Itulah keindahan sejati.

60. Kontradiksio Interminis
Adalah gaya bahasa yang memperlihatkan sesuatu yang bertentangan dengan apa yang telah dikemukakan sebelumnya.
Contoh : semuanya telah diundang, kecuali Sinta.

61. Anakronisme
Adalah gaya bahasa yang menunjukkan adanya ketidak sesuaian uraian dalam karya sastra dalam sejarah, sedangkan sesuatu yang disebutkan belum ada saat itu.
Contoh : dalam tulisan Cesar, Shakespeare menuliskan jam berbunyi tiga kali (saat itu jam belum ada)

62. Okupasi
Adalah gaya bahasa yang menyatakan bantahan atau keberatan terhadap sesuatu yang oleh orang banyak dianggap benar.
Contoh : Minuman keras dapat merusak dapat merusak jaringan sistem syaraf, tetapi banyak anak yang mengkonsumsinya.

63. Resentia
Adalah gaya bahasa yang melukiskan sesuatu yang tidak mengatakan tegas pada bagian tertentu dari kalimat yang dihilangkan.
Contoh : “Apakah ibu mau….?”

pengertian UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK DALAM KARYA SASTRA

PENGERTIAN FUNGSI DAN RAGAM SASTRA

A. Pengertian Sastra

Kesusastraan : susastra + ke – an
su + sastra
su berarti indah atau baik
sastra berarti lukisan atau karangan
Susastra berarti karangan atau lukisan yang baik dan indah.
Kesusastraan berarti segala tulisan atau karangan yang mengandung
nilai-nilai kebaikan yang ditulis dengan bahasa yang indah.
B. Fungsi Sastra
Dalam kehidupan masayarakat sastra mempunyai beberapa fungsi yaitu :

1. Fungsi rekreatif, yaitu sastra dapat memberikan hiburan yang menyenangkan bagi penikmat atau pembacanya.
2. Fungsi didaktif, yaitu sastra mampu mengarahkan atau mendidik pembacanya karena nilai-nilai kebenaran dan kebaikan yang terkandung didalamnya.
3. Fungsi estetis, yaitu sastra mampu memberikan keindahan bagi penikmat/pembacanya karena sifat keindahannya.
4. Fungsi moralitas, yaitu sastra mampu memberikan pengetahuan kepada pembaca/peminatnya sehingga tahu moral yang baik dan buruk, karena sastra yang baik selalu mengandung moral yang tinggi.
5. Fungsi religius, yaitu sastra pun menghasilkan karya-karya yang mengandung ajaran agama yang dapat diteladani para penikmat/pembaca sastra.
C. Ragam Sastra
1. Dilihat dari bentuknya, sastra terdiri atas 4 bentuk, yaitu :
a) Prosa, bentuk sastra yang diuraikan menggunakan bahasa bebas dan panjang tidak terikat oleh aturan-aturan seperti dalam puisi.
b) Puisi, bentuk sastra yang diuraikan dengan menggunakan habasa yang singkat dan padat serta indah. Untuk puisi lama, selalu terikat oleh kaidah atau aturan tertentu, yaitu :
(1) Jumlah baris tiap-tiap baitnya,
(2) Jumlah suku kata atau kata dalam tiap-tiap kalimat atau barisnya,
(3) Irama, dan
(4) Persamaan bunyi kata.
c) Prosa liris, bentuk sastra yang disajikan seperti bentuk puisi namun menggunakan bahasa yang bebas terurai seperti pada prosa.
d) Drama, yaitu bentuk sastra yang dilukiskan dengan menggunakan bahasa yang bebas dan panjang, serta disajikan menggunakan dialog atau monolog.

Drama ada dua pengertian, yaitu drama dalam bentuk naskah dan drama yang dipentaskan.
2. Dilihat dari isinya, sastra terdiri atas 4 macam, yaitu :
a) Epik, karangan yang melukiskan sesuatu secara obyektif tanpa
mengikutkan pikiran dan perasaan pribadi pengarang.
b) Lirik, karangan yang berisi curahan perasaan pengarang secara subyektif.
c) Didaktif, karya sastra yang isinya mendidik penikmat/pembaca tentang
masalah moral, tatakrama, masalah agama, dll.
d) Dramatik, karya sastra yang isinya melukiskan sesuatu kejadian(baik atau buruk) denan pelukisan yang berlebih-lebihan.
3. Dilihat dari sejarahnya, sastra terdiri dari 3 bagian, yaitu :
a) Kesusastraan Lama, kesusastraan yang hidup dan berkembang dalam masyarakat lama dalam sejarah bangsa Indonesia. Kesusastraan Lama Indonesia dibagi menjadi :
(1) Kesusastraan zaman purba,
(2) Kesusastraan zaman Hindu Budha,
(3) Kesusastraan zaman Islam, dan
(4) Kesusastraan zaman Arab – Melayu.
b) Kesusastraan Peralihan, kesusastraan yang hidup di zaman Abdullah bin Abdulkadir Munsyi. Karya-karya Abdullah bin Abdulkadir Munsyi ialah :

(1) Hikayat Abdullah
(2) Syair Singapura Dimakan Api
(3) Kisah Pelayaran Abdullah ke Negeri Jeddah
(4) Syair Abdul Muluk, dll.
c) Kesusastraan Baru, kesusastraan yang hidup dan berkembang dalam masyarakat baru Indonesia.
Kesusastraan Baru mencangkup kesusastraan pada Zaman :
(1) Balai Pustaka / Angkatan ‘20
(2) Pujangga Baru / Angkatan ‘30
(3) Jepang
(4) Angkatan ‘45
(5) Angkatan ‘66
(6) Mutakhir / Kesusastraan setelah tahun 1966 sampai sekarang
D. Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik
Karya sastra disusun oleh dua unsur yang menyusunnya. Dua unsur yang dimaksud ialah unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik ialah unsur yang menyusun sebuah karya sastra dari dalam yang mewujudkan struktur suatu karya sastra, seperti : tema, tokoh dan penokohan, alur dan pengaluran, latae dan pelataran, dan pusat pengisahan. Sedangkan unsur ekstrinsik ialah unsur yang menyusun sebuah karya sastra dari luarnya menyangkut aspek sosiologi, psikologi, dan lain-lain.
1. Unsur Intrinsik
a) Tema dan Amanat

Tema ialah persoalan yang menduduki tempat utama dalam karya sastra.
Tema mayor ialah tema yang sangat menonjol dan menjadi persoalan. Tema
minor ialah tema yang tidak menonjol.
Amanat ialah pemecahan yang diberikan oleh pengarang bagi persoalan di
dalam karya sastra. Amanat biasa disebut makna. Makna dibedakan menjadi
makna niatan dan makna muatan. Makna niatan ialah makna yang diniatkan
oleh pengarang bagi karya sastra yang ditulisnya. Makna muatan ialah
makana yang termuat dalam karya sastra tersebut.
b) Tokoh dan Penokohan
Tokoh ialah pelaku dalam karya sastra. Dalam karya sastra biasanya ada
beberapa tokoh, namun biasanya hanya ada satu tokoh utama. Tokoh utama
ialah tokoh yang sangat penting dalam mengambil peranan dalam karya
sastra. Dua jenis tokoh adalah tokoh datar (flash character) dan tokoh
bulat (round character).
Tokoh datar ialah tokoh yang hanya menunjukkan satu segi, misalny6a baik saja atau buruk saja. Sejak awal sampai akhir cerita tokoh yang jahat akan tetap jahat. Tokoh bulat adalah tokoh yang menunjukkan berbagai
segi baik buruknya, kelebihan dan kelemahannya. Jadi ada perkembangan yang terjadi pada tokoh ini. Dari segi kejiwaan dikenal ada tokoh introvert dan ekstrovert. Tokoh introvert ialah pribadi tokoh tersebut yang ditentukan oleh ketidaksadarannya. Tokoh ekstrovert ialah pribadi tokoh tersebut yang ditentukan oleh kesadarannya. Dalam karya sastra dikenal pula tokoh protagonis dan antagonis. Protagonis ialah tokoh yang
disukai pembaca atau penikmat sastra karena sifat-sifatnya. Antagonis ialah tokoh yang tidak disukai pembaca atau penikmat sastra karena sifat-sifatnya.

Penokohan atau perwatakan ialah teknik atau cara-cara menampilkan tokoh.
Ada beberapa cara menampilkan tokoh. Cara analitik, ialah cara
penampilan tokoh secara langsung melalui uraian pengarang. Jadi
pengarang menguraikan ciri-ciri tokoh tersebut secara langsung. Cara
dramatik, ialah cara menampilkan tokoh tidak secara langsung tetapi
melalui gambaran ucapan, perbuatan, dan komentar atau penilaian pelaku
atau tokoh dalam suatu cerita.
Dialog ialah cakapan antara seorang tokoh dengan banyak tokoh.
Dualog ialah cakapan antara dua tokoh saja.
Monolog ialah cakapan batin terhadap kejadian lampau dan yang sedang
terjadi.
Solilokui ialah bentuk cakapan batin terhadap peristiwa yang akan terjadi.
c) Alur dan Pengaluran
Alur disebut juga plot, yaitu rangkaian peristiwa yang memiliki hubungan sebab akibat sehingga menjadi satu kesatuan yang padu bulat dan utuh.

Alur terdiri atas beberapa bagian :
(1) Awal, yaitu pengarang mulai memperkenalkan tokoh-tokohnya.
(2) Tikaian, yaitu terjadi konflik di antara tokoh-tokoh pelaku.
(3) Gawatan atau rumitan, yaitu konflik tokoh-tokoh semakin seru.
(4) Puncak, yaitu saat puncak konflik di antara tokoh-tokohnya.
(5) Leraian, yaitu saat peristiwa konflik semakin reda dan perkembangan alur mulai terungkap.
(6) Akhir, yaitu seluruh peristiwa atau konflik telah terselesaikan.
Pengaluran, yaitu teknik atau cara-cara menampilkan alur. Menurut kualitasnya, pengaluran dibedakan menjadi alur erat dan alur longggar. Alur erat ialah alur yang tidak memungkinkan adanya pencabangan cerita.
Alur longgar adalah alur yang memungkinkan adanya pencabangan cerita. Menurut kualitasnya, pengaluran dibedakan menjadi alur tunggal dan alur ganda. Alur tunggal ialah alur yang hanya satu dalam karya sastra. Alur

ganda ialah alur yang lebih dari satu dalam karya sastra. Dari segi urutan waktu, pengaluran dibedakan kedalam alur lurus dan tidak lurus. Alur lurus ialah alur yang melukiskan peristiwa-peristiwa berurutan dari awal sampai akhir cerita. Alur tidak lurus ialah alur yang melukiskan tidak urut dari awal sampai akhir cerita. Alur tidak lurus bisa menggunakan gerak balik (backtracking), sorot balik (flashback), atau campauran keduanya.
d) Latar dan Pelataran
Latar disebut juga setting, yaitu tempat atau waktu terjadinya peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam sebuah karya sastra. Latar atau setting dibedakan menjadi latar material dan sosial. Latar material ialah lukisan latar belakang alam atau lingkungan di mana tokoh tersebut berada. Latar sosial, ialah lukisan tatakrama tingkah laku, adat dan pandangan hidup. Sedangkan pelataran ialah teknik atau cara-cara menampilkan latar.
e) Pusat Pengisahan
Pusat pengisahan ialah dari mana suatu cerita dikisahkan oleh pencerita. Pencerita di sini adalah privbadi yang diciptakan pengarang untuk menyampaikan cerita. Paling tidak ada dua pusat pengisahan yaitu pencerita sebagai orang pertama dan pencerita sebagai orang ketiga. Sebagai orang pertama, pencerita duduk dan terlibat dalam cerita tersebut, biasanya sebagai aku dalam tokoh cerita. Sebagai orang ketiga, pencerita tidak terlibat dalam cerita tersebut tetapi ia duduk sebagai seorang pengamat atau dalang yang serba tahu.
2. Unsur Ekstrinsik
Tidak ada sebuah karya sastra yang tumbuh otonom, tetapi selalu pasti berhubungan secara ekstrinsik dengan luar sastra, dengan sejumlah faktor kemasyarakatan seperti tradisi sastra, kebudayaan lingkungan, pembaca
sastra, serta kejiwaan mereka. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa unsur ekstrinsik ialah unsur yang membentuk karya sastra dari luar sastra itu sendiri. Untuk melakukan pendekatan terhadap unsur ekstrinsik, diperlukan bantuan ilmu-ilmu kerabat seperti sosiologi, psikologi, filsafat, dan lain-lain.



Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Karya Sastra
UNSUR INTINSIK

Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra dari dalam.

Unsur-unsur intrinsik karya sastra adalah :

TEMA
AMANAT
ALUR/PLOT
PERWATAKAN/PENOKOHAN
LATAR/SETTING
SUDUT PANDANG/POINT OF VIEW
UNSUR-UNSUR INTRINSIK

A. TEMA

adalah sesuatu yang menjadi pokok masalah/pokok pikiran dari pengarang yang ditampilkan dalam karangannya

B. AMANAT

adalah pesan/kesan yang dapat memberikan tambahan pengetahuan, pendidikan, dan sesuatu yang bermakna dalam hidup yang memberikan penghiburan, kepuasan dan kekayaan batin kita terhadap hidup

C. PLOT/ALUR

adalah jalan cerita/rangkaian peristiwa dari awal sampai akhir.

TAHAP-TAHAP ALUR

1. Tahap perkenalan/Eksposisi

adalah tahap permulaan suatu cerita yang dimulai dengan suatu kejadian, tetapi belum ada ketegangan (perkenalan para tokoh, reaksi antarpelaku, penggambaran fisik, penggambaran tempat)

2. Tahap pertentangan /Konflik

adalah tahap dimana mulai terjadi pertentangan antara pelaku-pelaku (titik pijak menuju pertentangan selanjutnya)

Konflik ada dua ;

1. konflik internal

adalah konflik yang terjadi dalam diri tokoh.

2. konflik eksternal

adalah konflik yang terjadi di luar tokoh(konflik tokoh dengan tokoh, konflik tokoh dengan lingkungan, konflik tokoh dengan alam, konlik tokoh denganTuhan dll)

3. Tahap penanjakan konflik/Komplikasi

adalah tahap dimana ketegangan mulai terasa semakin berkembang dan rumit (nasib pelaku semakin sulit diduga, serba samar-samar)

4. Tahap klimaks

adalah tahap dimana ketegangan mulai memuncak (perubahan nasip pelaku sudah mulai dapat diduga, kadang dugaan itu tidak terbukti pada akhir cerita)

5. Tahap penyelesaian

adalah tahap akhir cerita, pada bagian ini berisi penjelasan tentang nasib-nasib yang dialami tokohnya setelah mengalami peristiwa puncak itu. Ada pula yang penyelesaiannya diserahkan kepada pembaca, jadi akhir ceritanya menggantung, tanpa ada penyelesaian.

MACAM-MACAM ALUR

Alur maju
adalah peristiwa –peristiwa diutarakan mulai awal sampai akhir/masa kini menuju masa datang.

2. Alur mundur/Sorot balik/Flash back

adalah peristiwa-peristiwa yang menjadi bagian penutup diutarakan terlebih dahulu/masa kini, baru menceritakan peristiwa-peristiwa pokok melalui kenangan/masa lalu salah satu tokoh.

3. Alur gabungan/Campuran

adalah peristiwa-peristiwa pokok diutarakan. Dalam pengutararaan peristiwa-peristiwa pokok, pembaca diajak mengenang peristiwa-peristiwa yang lampau,kemudian mengenang peristiwa pokok ( dialami oleh tokoh utama) lagi.

D. PERWATAKAN/PENOKOHAN

adalah bagaimana pengarang melukiskan watak tokoh

ADA TIGA CARA UNTUK MELUKISKAN WATAK TOKOH

Analitik
adalah pengarang langsung menceritakan watak tokoh.

Contoh :

Siapa yang tidak kenal Pak Edi yang lucu, periang, dan pintar. Meskipun agak pendek justru melengkapi sosoknya sebagai guru yang diidolakan siswa. Lucu dan penyanyang.

2. Dramatik

adalah pengarang melukiskan watak tokoh dengan tidak langsung.

Bisa melalui tempat tinggal,lingkungan,percakapan/dialog antartokoh, perbuatan, fisik dan tingkah laku, komentar tokoh lain terhadap tokoh tertentu, jalan pikiran tokoh.

Contoh :

Begitu memasuki kamarnya Yayuk, pelajar kelas 1 SMA itu langsung melempar tasnya ke tempat tidur dan membaringkan dirinya tanpa melepaskan sepatu terlebih dahulu. (tingkah laku tokoh)

3. Campuran

adalah gabungan analitik dan dramatik.

Pelaku dalam cerita dapat berupa manusia , binatang, atau benda-benda mati yang diinsankan

PELAKU/TOKOH DALAM CERITA

Pelaku utama
adalah pelaku yang memegang peranan utama dalam cerita dan selalu hadir/muncul pada setiap satuan kejadian.

2. Pelaku pembantu

adalah pelaku yang berfungsi membantu pelaku utama dalam cerita.Bisa bertindak sebagai pahlawan mungkin juga sebagai penentang pelaku utama.

3. Pelaku protagonis

adalah pelaku yang memegang watak tertentu yang membawa ide kebenaran.(jujur,setia,baik hati dll)

4. Pelaku antagonis

adalah pelaku yang berfungsi menentang pelaku protagonis (penipu, pembohong dll)

5. Pelaku tritagonis

adalah pelaku yang dalam cerita sering dimunculkan sebagai tokoh ketiga yang biasa disebut dengan tokoh penengah.

E. LATAR/SETTING

Latar/ setting adalah sesuatu atau keadaan yang melingkupi pelaku dalam sebuah cerita.

Macam-macam latar

Latar tempat
adalah latar dimana pelaku berada atau cerita terjadi (di sekolah, di kota, di ruangan dll)

2. Latar waktu

adalah kapan cerita itu terjadi ( pagi, siang,malam, kemarin, besuk dll)

3. Latar suasana

adalah dalam keadaan dimana cerita terjadi. (sedih, gembira, dingin, damai, sepi dll)

F. SUDUT PANDANG PENGARANG

Sudut pandang adalah posisi/kedudukan pengarang dalam membawakan cerita.

Sudut pandang dibedakan atas :

Sudut pandang orang kesatu
adalah pengarang berfungsi sebagai pelaku yang terlibat langsung dalam cerita, terutama sebagai pelaku utama. Pelaku utamanya(aku, saya, kata ganti orang pertama jamak : kami, kita)

2. Sudut pandang orang ketiga

adalah pengarang berada di luar cerita, ia menuturkan tokoh-tokoh di luar, tidak terlibat dalam cerita. Pelaku utamanya (ia, dia, mereka,kata ganti orang ketiga jamak, nama-nama lain)

UNSUR EKSTRINSIK

Unsur ekstrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra dari luar

UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK

Latar Belakang Penciptaan
adalah kapan karya sastra tersebut diciptakan

2. Kondisi masyarakat pada saat karya sastra diciptakan

adalah keadaan masyarakat baik itu ekonomi, sosial, budaya,politik pada saat karya sastra diciptakan

pengertian paragraf

Pengertian Paragraf - Sebuah paragraf adalah suatu jenis tulisan yang memiliki tujuan atau ide. Awal paragraf ditandai dengan masuknya ke baris baru. Terkadang baris pertama dimasukkan; kadang-kadang dimasukkan tanpa memulai baris baru. Dalam beberapa hal awal paragraf telah ditandai oleh pilcrow (¶).

Sebuah paragraf biasanya terdiri dari pikiran, gagasan, atau ide pokok yang dibantu dengan kalimat pendukung. Paragraf non-fiksi biasanya dimulai dengan umum dan bergerak lebih spesifik sehingga dapat memunculkan argumen atau sudut pandang. Setiap paragraf berawal dari apa yang datang sebelumnya dan berhenti untuk dilanjutkan. Paragraf umumnya terdiri dari tiga hingga tujuh kalimat semuanya tergabung dalam pernyataan berparagraf tunggal. Dalam fiksi prosa, contohnya; tapi hal ini umum bila paragraf prosa terjadi di tengah atau di akhir. Sebuah paragraf dapat sependek satu kata atau berhalaman-halaman, dan dapat terdiri dari satu atau banyak kalimat. Ketika dialog dikutip dalam fiksi, paragraf baru digunakan setiap kali orang yang dikutip berganti.

Paragraf gantung

Sebuah “paragraf gantung” adalah paragraf dimana baris pertama paragraf tidak dimasukkan dan dimana baris selanjutnya dimasukkan.

Kerangka paragraf

Dimulai dengan kalimat topik yang menyatakan gagasan utama paragraf.
Memberikan detail pendukung untuk mendukung gagasan utama.
Ditutup dengan kalimat penutup yang menyatakan kembali gagasan utama.

Macam-macam paragraf

Paragraf dibagi menurut jenis dan letak kalimat utamanya

Paragraf Berdasarkan jenisnya :

Paragraf Narasi adalah paragraf yang menceritakan suatu kejadian atau peristiwa. Ciri-cirinya: ada kejadian, ada palaku, dan ada waktu kejadian. Contoh:

Anak itu berjalan cepat menuju pintu rumahnya karena merasa khawatir seseorang akan memergoki kedatangannya. Sedikit susah payah dia membuka pintu itu. Ia begitu terkejut ketika daun pintu terbuka seorang lelaki berwajah buruk tiba-tiba berdiri di hadapannya. Tanpa berpikir panjang ia langsung mengayunkan tinjunya ke arah perut lelaki misterius itu. Ia semakin terkejut karena ternyata lelaki itu tetap bergeming. Raut muka lelaki itu semakin menyeramkan, bagaikan seekor singa yang siap menerkam. Anak itu pun memukulinya berulang kali hingga ia terjatuh tak sadarkan diri.

Paragraf Deskripsi adalah paragraf yang menggambarkan suatu objek sehingga pembaca seakan bisa melihat, mendengar, atau merasa objek yang digambarkan itu. Objek yang dideskripsikan dapat berupa orang, benda, atau tempat.Ciri-cirinya: ada objek yang digambarkan. Contoh:

Perempuan itu tinggi semampai. Jilbab warna ungu yang menutupi kepalanya membuat kulit wajanya yang kuning nampak semakin cantik. Matanya bulat bersinar disertai bulu mata yang tebal. Hidungnya mancung sekali mirip dengan para wanita palestina.

Paragraf Eksposisi adalah paragraf yang menginformasikan suatu teori, teknik, kiat, atau petunjuk sehingga orang yang membacanya akan bertambah wawasannya. Ciri-cirinya: ada informasi. Contoh:

Bahtsul masail sendiri merupakan forum diskusi keagamaan yang sudah mendarah daging di pesantren. Di dalamnya, dibahas persoalan-persoalan masyarakat yang membutuhkan tinjauan keagamaan secara ilmiah, rinci, dan terukur. Perlu diketahui pula bahwa sebagian besar topik yang muncul didasarkan atas laporan, aduan, atau keluhan masyarakat tentang persoalan agama, sosial, budaya, hingga ekonomi. Bisa dikatakan bahwa bahtsul masail sesungguhnya merupakan cara khas pesantren untuk menyuarakan aspirasi masyarakat melalui perspektif agama.

Paragraf Argumentasi adalah paragraf yang mengemukakan suatu pendapat beserta alasannya. Ciri-cirinya: ada pendapat dan ada alasannya. Contoh:

Pengertian Paragraf

Pengertian Paragraf

Keberhasilan domain itu memang tidak mudah diukur. Sebab, domain tersebut menyangkut hal yang sangat rumit, bahkan terkait dengan “meta penampilan” siswa yang kadang-kadang tidak kelihatan. Membentuk karakter manusia memang membutuhkan pengorbanan, sebagaimana yang dilakukan negara-negara maju seperti Jepang, Singapura, dan Malaysia. Mereka bisa maju karena memiliki banyak orang pintar dan berkarakter.

Paragraf Persuasi adalah paragraf yang mengajak, membujuk, atau mempengaruhi pembaca agar melakukan sesuatu. Ciri-cirinya: ada bujukan atau ajakan untuk berbuat sesuatu. Contoh:

Sebaiknya pemerintah melakukan penghematan. Selama ini, pemerintah boros dengan cara tiap tahun membeli ribuan mobil dinas baru serta membangun kantor-kantor baru dan guest house. Pemerintah juga selalu menambah jumlah PNS tanpa melakukan perampingan, membeli alat tulis kantor (ATK) secara berlebihan, dan sebagainya. Padahal, dana yang dimiliki tidak cukup untuk itu.

Paragraf Berdasarkan letak kalimat utamanya

Paragraf deduktif adalah paragraf yang dimulai dengan mengemukakan persoalan pokok atau kalimat topik kemudian diikuti dengan kalimat-kalimat penjelas. Contoh:

Kemauannya sulit untuk diikuti. Dalam rapat sebelumnya sudah diputuskan bahwa dana itu harus disimpan dulu. Para peserta sudah menyepakati hal itu. Akan tetapi, hari ini ia memaksa menggunakannya membuka usaha baru.
Paragraf Induktif adalah paragraf yang dimulai dengan mengemukakan penjelasan-penjelasan kemudian diakhiri dengan kalimat topik. Paragraf induktif dapat dibagi ke dalam tiga jenis, yaitu generalisasi, analogi, dan kausalitas.

Paragraf Generalisasi adalah pola pengembangan paragraf yang menggunakan beberapa fakta khusus untuk mendapatkan kesimpulan yang bersifat umum. Contoh:

Setelah karangan anak-anak kelas tiga diperiksa, ternyata Ali, Toto, Alex, dan Burhan, mendapat nilai delapan. Anak-anak yang lain mendapat nilai tujuh. Hanya Maman yang enam dan tidak seorang pun mendapat nilai kurang. Oleh karena itu, boleh dikatakan anak-anak kelas tiga cukup pandai mengarang.

Yang menjadi penjelasannya di atas adalah:

Pemerolehan nilai Ali, Toto, Alex, Burhan, Maman, dan anak-anak kelas tiga yang lain merupakan peristiwa khusus.
Peristiwa khusus itu kita hubung-hubungkan dengan penalaran yang logis.
Kesimpulan atau pendapat yang kita peroleh adalah bahwa anak kelas tiga cukup pandai mengarang.
Kesimpulan bahwa anak kelas tiga cukup pandai mengarang, mencakup Ali, Toto, Alex, Burhan, Maman, dan anak-anak lainnya. Dalam kesimpulan terdapat kata cukup karena Maman hanya mendapat nilai enam. Jika Maman juga mendapat nilai tujuh atau delapan, kesimpulannya adalah semua anak kelas tiga pandai mengarang.



Paragraf Analogi adalah pola penyusunan paragraf yang berisi perbandingan dua hal yang memiliki sifat sama. Pola ini berdasarkan anggapan bahwa jika sudah ada persamaan dalam berbagai segi maka akan ada persamaan pula dalam bidang yang lain. Contoh:

Alam semesta berjalan dengan sangat teratur, seperti halnya mesin. Matahari, bumi, bulan, dan binatang yang berjuta-juta jumlahnya, beredar dengan teratur, seperti teraturnya roda mesin yang rumit berputar. Semua bergerak mengikuti irama tertentu. Mesin rumit itu ada penciptanya, yaitu manusia. Tidakkah alam yang Mahabesar dan beredar rapi sepanjang masa ini tidak ada penciptanya? Pencipta alam tentu adalah zat yang sangat maha. Manusia yang menciptakan mesin, sangat sayang akan ciptaannya. Pasti demikian pula dengan Tuhan, yang pasti akan sayang kepada ciptaan-ciptaan-Nya itu.

Dalam paragraf di atas, penulis membandingkan mesin dengan alam semesta. Mesin saja ada penciptanya, yakni manusia sehingga penulis berkesimpulan bahwa alam pun pasti ada pula penciptanya. Jika manusia sangat sayang pada ciptaannya itu, tentu demikian pula dengan Tuhan sebagai pencipta alam. Dia pasti sangat sayang kepada ciptaan-ciptaan-Nya itu.

Paragraf Hubungan Kausal Hubungan kausal adalah pola penyusunan paragraf dengan menggunakan fakta-fakta yang memiliki pola hubungan sebab-akibat. Misalnya, jika hujan-hujanan, kita akan sakit kepala atau Rini pergi ke dokter karena ia sakit kepala. Ada tiga pola hubungan kausalitas, yaitu sebab-akibat, akibat-sebab, dan sebab-akibat 1 akibat 2.



Paragraf Sebab-Akibat

Penalaran ini berawal dari peristiwa yang merupakan sebab, kemudian sampai pada kesimpulan sebagai akibatnya. Polanya adalah A mengakibatkan B. Contoh:

Era Reformasi tahun pertama dan tahun kedua ternyata membuahkan hasil yang membesarkan hati. Pertanian, perdagangan, dan industri, dapat direhabilitasi dan dikendalikan. Produksi nasional pun meningkat. Ekspor kayu dan naiknya harga minyak bumi di pasaran dunia menghasilkan devisa bermiliar dolar AS bagi kas negara. Dengan demikian, kedudukan rupiah menjadi kian mantap. Ekonomi Indonesia semakin mantap sekarang ini. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila mulai tahun ketiga Era Reformasi ini, Indonesia sudah sanggup menerima pinjaman luar negeri dengan syarat yang kurang lunak untuk membiayai pembangunan.

Hal penting yang perlu kita perhatikan dalam membuat kesimpulan pola sebab-akibat adalah kecermatan dalam menganalisis peristiwa atau faktor penyebab.

Paragraf Akibat-Sebab

Pengertian Paragraf

Pengertian Paragraf

Dalam pola ini kita memulai dengan peristiwa yang menjadi akibat. Peristiwa itu kemudian kita analisis untuk mencari penyebabnya. Contoh:

Kemarin Badu tidak masuk kantor. Hari ini pun tidak. Pagi tadi istrinya pergi ke apotek membeli obat. Karena itu, pasti Badu itu sedang sakit.

Paragraf Sebab-Akibat-1 Akibat-2

Suatu penyebab dapat menimbulkan serangkaian akibat. Akibat pertama berubah menjadi sebab yang menimbulkan akibat kedua. Demikian seterusnya hingga timbul rangkaian beberapa akibat. Contoh:

Mulai tanggal 17 Januari 2002, harga berbagai jenis minyak bumi dalam negeri naik. Minyak tanah, premium, solar, dan lain-lain dinaikkan harganya. Hal ini karena Pemerintah ingin mengurangi subsidi dengan harapan supaya ekonomi Indonesia kembali berlangsung normal. Karena harga bahan bakar naik, sudah barang tentu biaya angkutan pun akan naik pula. Jika biaya angkutan naik, harga barang-barang pasti akan ikut naik karena biaya tambahan untuk transportasi harus diperhitungkan. Naiknya harga barang-barang akan dirasakan berat oleh rakyat. Oleh karena itu, kenaikan harga barang harus diimbangi dengan usaha menaikkan pendapatan masyarakat.

Paragraf Campuran adalah paragraf yang dimulai dengan mengemukakan persoalan pokok atau kalimat topik kemudian diikuti kalimat-kalimat penjelas dan diakhiri dengan kalimat topik.Kalimat topik yang ada pada akhir paragraf merupakan penegasan dari awal paragraf. Contoh:

Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat dilepaskan dari komunikasi. Kegiatan apa pun yang dilakukan manusia pasti menggunakan sarana komunikasi, baik sarana komunikasi yang sederhana maupun yang modern. Kebudayaan dan peradaban manusia tidak akan bisa maju seperti sekarang ini tanpa adanya sarana komunikasi.

Paragraf Deskriptif/Naratif/Menyebar adalah paragraf yang tidak memiliki kalimat utama. Pikiran utamanya menyebar pada seluruh paragraf atau tersirat pada kalimat-kalimat penjelas. Contoh:

Di pinggir jalan banyak orang berjualan kue dan minuman. Harganya murah-murah, Sayang banyak lalat karena tidak jauh dari tempat itu ada tumpukan sampah busuk. Dari sampah, lalat terbang dan hinggap di kue dan minuman. Orang yang makan tidak merasa terganggu oleh lalat itu. Enak saja makan dan minum sambil beristirahat dan berkelakar.

Kegunaan Paragraf

Kegunaan paragraf yang utama adalah untuk menandai pembukaan topik baru, atau pengembangan lebih lanjut topik sebelumnya (yang baru). Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh berikut.

Dalam pertarungan matador yang resmi, biasanya ada enam ekor banteng yang dibunuh oleh tiga orang laki-laki. Setiap laki-laki membunuh dua ekor banteng. Banteng itu harus memenuhi syarat-syarat tertentu, yaitu: berumur 4-5 tahun, tidak cacat, dan telah mempunyai tanduk yang runcing serta bagus. Banteng-banteng ini telah diperiksa oleh dokter hewan setempat sebelum bertanding. Dokter hewan berhak menolak banteng yang tidak memenuhi syarat,misalnaya: masih di bawah umur, tanduk masih lemah, ada kelainan di mata, atau penyakit yang nyata kelihatan.

Laki-laki yang bertugas membunuh mereka disebut matador. Pilihan banteng yang akan mereka bunuh tergantung hasil undian. Setiap matador mempunyai tiga orang candrilla yang terdiri dari lima-enam orang yang dibayar dan diperintah oleh matador. Tiga dan lima/enam orang tersebut menolongnya di lapangan, dengan memakai mantel tanpa lengan dan atas perintahnya menempatkan banderillas yaitu kayu yang panjangnya tiga kaki dengan ujung yang tajam dan berbentuk garpu yang disebut peones atau banderilleros. Yang dua lagi dinamakan picadors, mereka muncul dengan menunggang kuda di arena

Dari contoh di atas dapat dilihat peralihan antara paragraf pertama dan paragraf kedua. Paragraf pertama bercerita tentang banteng; sedangkan paragraf kedua tentang laki-laki yang bertugas membunuh banteng (matador). Paragraf pertama dan paragraf kedua pun terlihat berhubungan erat.

Kegunaan lain dari paragraf ialah untuk menambah hal-hal yang penting untuk memerinci apa yang diutarakan dalam paragraf terdahulu. Untuk lebih jelasnya, perhatikan pula contoh berikut ini

Tanda-tanda lalu lintas agaknya sudah dijadikan sebagai simbol (lambang) yang berlaku di mana-mana dan mudah dipahami. Setiap pengendara atau masyarakat mengetahui arti dan fungsinya. Sekarang timbul pertanyaan, apakah sebetulnya simbol itu? Dengan singkat dapat dikatakan bahwa simbol ialah sesuatu yang pengandung arti lebih dari yang terdapat dalam fakta. Di sekeliling kita banyak simbol-simbol yang digunakan manusia untuk berkomunikasi.

Simbol yang pemakaiannya begitu umum terdapat juga dalam puisi. Bahkan dalam puisi, pemakaian simbol cukup dominan. Justru di sinilah letak unsur seninya, karena simbol itu menyarankan suatu arti tertentu. Pemakaian simbol itu erat sekali hubungannya dengan tujuan penyair untuk menyuarakan sesuatu secara tepat yang berkaitan erat dengan pengimajiannya.

Dari contoh di atas dapat dilihat bahwa penulis menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan paragraf pertama dan memberikan contoh yang spesifik penggunaan simbol dalam bidang lain yaitu puisi.

Pengertian Paragraf

Pengertian Paragraf

Macam-Macam Paragraf

Berdasarkan tujuannya, paragraf dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: paragraf pembuka, paragraf penghubung dan paragraf penutup.

Paragraf pembuka memiliki peran sebagai pengantar bagi pembaca untuk sampai pada masalah yang akan diuraikan oleh penulis. Untuk itu, paragraf pembuka harus dapat menarik minat dan perhatian pembaca, serta sanggup mempersiapkan pikiran pembaca kepada masalah yang akan diuraikan. Usahakan paragraf pembuka ini tidak terlalu panjang agar pembaca tidak merasa bosan. Di samping untuk menarik perhatian pembaca, paragraf pembuka juga berfungsi untuk menjelaskan tujuan dari penulisan itu.

Paragraf penghubung berfungsi menguraikan masalah yang akan dibahas oleh seorang penulis. Semua inti persoalan yang akan dibahas oleh penulis diuraikan dalam paragraf ini. Oleh sebab itu, secara kuantitatif paragraf ini merupakan paragraf yang paling panjang dalam keseluruhan karangan/tulisan. Uraian dalam paragraf penghubung ini, antar kalimat maupun antar paragraf harus saling berhubungan secara logis.

Paragraf penutup bertujuan untuk mengakhiri sebuah karangan/tulisan. Paragraf ini bisa berisi tentang kesimppulan masalah yang telah dibahas dalam paragraf penghubung, atau bisa juga berupa penegasan kembali hal-hal yang dianggap penting dalam uraian-uraian sebelumnya.

Syarat-syarat Pembentukan dan Pengembangan Paragraf

Dalam pembentukan / pengembangan paragraf, perlu diperhatikan persyaratan-persyaratan berikut.

Kesatuan

Sebagaimana telah dipaparkan di depan, bahwa tiap paragraf hanya mengandung satu gagasan pokok. Fungsi paragraf adalah untuk mengembangkan gagasan pokok tersebut. Untuk itu, di dalam pengembangannya, uraian-uraian dalam sebuah paragraf tidak boleh menyimpang dari gagasan pokok tersebut. Dengan kata lain, uraian-uraian dalam sebuah paragraf diikat oleh satu gagasan pokok dan merupakan satu kesatuan. Semua kalimat yang terdapat dalam sebuah paragraf harus terfokus pada gagasan pokok.

Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini.

Kebutuhan hidup sehari-hari setiap keluarga dalam masyarakat tidaklah sama. Hal ini sangat tergantung pada besarnya penghasilan setiap keluarga. Keluarga yang berpenghasilan sangat rendah, mungkin kebutuhan pokok pun sulit terpenuhi. Lain halnya dengan keluarga yang berpenghasilan tinggi. Mereka dapat menyumbangkan sebagian penghasilannya untuk membangun tempat-tempat beribadah, atau untuk kegiatan sosial lainnya. Tempat ibadah memang perlu bagi masyarakat. Pada umumnya tempat-tempat ibadah ini dibangun secara bergotong royong dan sangat mengandalkan sumbangan para dermawan. Perbedaan penghasilan yang besar dalam masyarakat telah menimbulkan jurang pemisah antara Si kaya dan Si miskin.

Contoh paragraf di atas adalah contoh paragraf yang tidak memiliki prinsip kesatuan. Gagasan pokok tentang penghasilan suatu keluarga dalam pengembangannya kita jumpai gagasan pokok lain tentang tempat beribadah. Hubungan antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain tidak merupakan satu kesatuan yang bulat untuk menunjang gagasan utama.

4.2 Kepaduan

Syarat kedua yang harus dipenuhi oleh suatu paragraf ialah koherensi atau kepaduan. Sebuah paragraf bukanlah sekedar kumpulan atau tumpukan kalimat-kalimat yang masing-masing berdiri sendiri-sendiri, tetapi dibangun oleh kalimat-kalimat yang mempunyai hubungan timbal balik. Urutan pikiran yang teratur akan memperlihatkan adanya kepaduan, dan pembaca pun dapat dengan mudah memahami/mengikuti jalan pikiran penulis tanpa hambatan karena adanya perloncatan pikiran yang membingungkan.

Kata atau frase transisi yang dapat dipakai dalam karangan ilmiah sekaligus sebagai penanda hubungan dapat dirinci sebagai berikut.

• Hubungan yang menandakan tambahan kepada sesuatu yang sudah disebutkan sebelumnya, misalnya: lebih-lebih lagi, tambahan, selanjutnya, di samping itu, lalu, seperti halnya, juga, lagi pula, berikutnya, kedua, ketiga, akhirnya, tambahan pula, demikian juga
•Hubungan yang menyatakan perbandingan, misalnya: lain halnya, seperti, dalam hal yang sama, dalam hal yang demikian, sebaliknya, sama sekali tidak, biarpun, meskipun
•Hubungan yang menyatakan pertentangan dengan sesuatu yang sudah disebutkan sebelumnya; misalnya: tetapi, namun, bagaimanapun, walaupun demikian, sebaliknya, sama sekali tidak, biarpun, meskipun
•Hubungan yang menyatakan akibat/hasil; misal: sebab itu, oleh sebab itu, karena itu, jadi, maka, akibatnya
•Hubungan yang menyatakan tujuan, misalnya: sementara itu, segera, beberapa saat kemudian, sesudah itu, kemudian
•Hubungan yang menyatakan singkatan, misal: pendeknya, ringkasnya, secara singkat, pada umumnya, seperti sudah dikatakan, dengan kata lain, misalnya, yakni, sesungguhnya
•Hubungan yang menyatakan tempat, misalnya: di sini, di sana, dekat, di seberang, berdekatan, berdampingan dengan

Pengertian Paragraf

Pengertian Paragraf

4.3 Kelengkapan

Syarat ketiga yang harus dipenuhi oleh suatu paragraf adalah kelengkapan. Suatu paragraf dikatakan lengkap jika berisi kalimat-kalimat penjelas yang cukup menunjang kejelasan kalimat topik/gagasan utama. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh-contoh berikut ini.

contoh pertama
Suku Dayak tidak termasuk suku yang suka bertengkar. Mereka tidak suka berselisih dan bersengketa.

Contoh paragraf di atas hanya diperluas dengan perulangan. Pengembangannya pun tidak maksimal.

contoh kedua
Masalah kelautan yang dihadapi dewasa ini ialah tidak adanya peminat atau penggemar jenis binatang laut seperti halnya peminat atau penggemar penghuni darat atau burung-burung yang indah

Contoh paragraf kedua di atas merupakan contoh paragraf yang tidak dikembangkan. Paragraf di atas hanya terdiri dari kalimat topik saja. Contoh ketiga berikut ini merupakan contoh pengembangan dari contoh paragraf kedua di atas.

contoh ketiga
Masalah kelautan yang dihadapi dewasa ini ialah tidak adanya peminat atau penggemar jenis binatang laut seperti halnya peminat atau penggemar penghuni darat atau burung-burung yang indah. Tidak adanya penyediaan dana untuk melindungi ketam kenari, kima, atau tiram mutiara sebagaimana halnya untuk panda dan harimau. Jenis mahkluk laut tertentu tiba-tiba punah sebelum manusia sempat melindunginya. Tiram raksasa di kawasan Indonesia bagian barat kebanyakan sudah punah. Sangat sukar menemukan tiram hidup dewasa ini, padahal rumah tiram yang sudah mati mudah ditemukan. Demikian juga halnya dengan kepiting kelapa dan kepiting begal yang biasa menyebar dari pantai barat Afrika sampai bagian barat Lautan Teduh, kini hanya dijumpai di daerah kecil yang terpencil. Dari mana diperoleh dana untuk melindungi semua ini?

Perlu kiranya ditambahkan di sini bahwa ada jenis wacana khusus/tertentu yang sengaja dibuat satu paragraf hanya terdiri dari satu kalimat saja dan ini merupakan kalimat topik. Wacana tersebut adalah wacana Tajuk Rencana dalam suatu surat kabar. Sesuai dengan ciri wacana jurnalistik dalam sebuah tajuk, bahwa tajuk rencana merupakan gagasan dari redaksi surat kabar tersebut pada suatu masalah tertentu/sikap redaksi, sehingga apa yang diuraikan hanyalah gagasan-gagasan pokoknya saja sementara uraian secara panjang lebar dapat dilihat dan dibaca pada berita-berita utamanya.

Letak Kalimat Topik dalam Sebuah Paragraf

Sebagaimana telah dipaparkan di depan bahwa sebuah paragraf dibangun dari beberapa kalimat yang saling menunjang dan hanya mengandung satu gagasan pokok saja. Gagasan pokok itu dituangkan ke dalam kalimat topik / kalimat pokok. Kalimat topik/kalimat pokok dalam sebuah paragraf dapat diletakkan, di akhir di awal, di awal dan akhir, atau dalam seluruh paragraf itu. Berikut ini secara urut akan dipaparkan contoh-contoh paragraf dengan kalimat topik yang terletak di awal, di akhir, di awal dan akhir, serta dalam seluruh paragraf.

contoh pertama
Kosa kata memegang peranan dan merupakan unsur yang paling mendasar dalam kemampuan berbahasa, khususnya dalam karang mengarang. Jumlah kosa kata yang dimiliki seseorang akan menjadi petunjuk tentang pengetahuan seseorang. Di samping itu, jumlah kosa kata yang dikuasai seseorang juga akan menjadi indikator bahwa orang itu mengetahui sekian banyak konsep. Semakin banyak kosa kata yang dikuasai, semakin tinggi pula tingkat pengetahuan seseorang. Dengan demikian, seorang penulis akan mudah memilih kata-kata yang tepat/cocok untuk mengungkapkan gagasan yang ada di dalam pikirannya.

contoh kedua
Pada waktu anak memasuki dunia pendidikan, pengajaran bahasa Indonesia secara metodologis dan sistematis bukanlah merupakan halangan baginya untuk memperluas dan memantapkan bahasa daerahnya. Setelah anak didik meninggalkan kelas, ia kembali mempergunakan bahasa daerah, baik dalam pergaulan dengan teman-temannya atau dengan orang tuanya. Ia merasa lebih intim dengan bahasa daerah. Jam sekolah berlangsung beberapa jam. Baik waktu istirahat maupun di antara jam-jam pelajaran, unsur-unsur bahasa daerah tetap menerobos. Ditambah lagi jika sekolah itu bersifat homogen dan gurunya pun penutur asli bahasa daerah itu. Faktor-faktor inilah yang menyebabkan pengetahuan si anak terhadap bahasa daerahnya akan melaju terus dengan cepat.

contoh ketiga
Peningkatan taraf pendidikan para petani dirasakan sama pentingnya dengan usaha peningkatan taraf hidup mereka. Petani yang berpendidikan cukup dapat mengubah sistem pertanian tradisional, misalnya bercocok tanam hanya untuk memenuhi kebutuhan pangan menjadi petani modern yang produktif. Petani yang berpendidikan cukup, mampu menunjang pembangunan secara positif. Mereka dapat memberikan umpan balik yang setimpal terhadap gagasan-gagasan yang dilontarkan perencana pembangunan, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Itulah sebabnya, peningkatan taraf pendidikan para petani dirasakan sangat mendesak.

contoh keempat
Keriuhan kokok ayam perlahan-lahan surut. Kian lama kian berkurang, akhirnya tinggal satu-satu saja terdengar koko yang nyaring. Ayam-ayam sudah mulai turun dari kandangnya, pergi ke ladang atau pelataran. Cicit burung mulai bersautan, seiring langit di ufuk timur yang semburat merah, makin lama makin terang. Lampu-lampu jalanan satu persatu mulai padam. Dengung dan raung lalu lintas jalan raya mulai menggila seperti kemarin. Lengking klakson mobil dan desis kereta apai bergema menerobos ke relung-relung rumah di sepanjang jalan. Sayup-sayup terdengar dentang lonceng gereja menyongsong hari baru dan menyatakan selamat tinggal pada hari kemarin.

Pengertian Paragraf

Pengertian Paragraf

Pengembangan Paragraf.

Salah satu cara berlatih mengembangkan paragraf dapat dilakukan dengan membuat kerangka paragraf dahulu sebelum menulis paragraf itu. Sebagai contoh dapat dilihat paparan di bawah ini.

Kerangka paragraf

Gagasan pokok : Keindahan alam di Tawangmangu makin surut
Gagasan pununjang :

manusia telah mengubah segala-galanya
hutan, sawah, dan ladang tergusur
pohon-pohon tidak ada lagi
pagar bunga sudah diganti
gedung-gedung mewah dibangun

Pengembangan paragraf:

Bernostalgia tentang indahnya alam di Tawangmangu hanya akan menimbulkan kekecewaan saja. Dalam kurun waktu 25 tahun, dinamika kehidupan manusia telah mengubah segala-galanya. Hutan, sawah, dan ladang telah tergusur oleh berbagai bentuk bangunan. Ranting dan cabang pohon telah berganti dengan jeruji besi. Pagar tanaman dan bunga yang dulu bermekaran dengan indahnya telah diterjang tembok beton yang kokoh. Batu-batu gunung telah menghadirkan gedung plaza megah yang menelan biaya trilyunan rupiah. Arus modernisasi dengan angkuhnya telah menelan kemesraan dan indahnya alam ini.

Secara ringkas, pengembangan paragraf dapat dilakukan dengan memperhatikan hal-hal berikut. Pertama, susunlah kalimat topik dengan baik dan layak (jangan terlalu spesifik sehingga sulit dikembangkan, jangan pula terlalu luas sehingga memerlukan penjelasan yang panjang lebar). Kedua, tempatkanlah kalimat topik tersebut dalam posisi yang menyolok dan jelas dalam sebuah paragraf. Ketiga, dukunglah kalimat topik tersebut dengan detail-detail/ perincian-perincian yang tepat. Keempat gunakan kata-kata transisi, frase, dan alat lain di dalam dan di antara paragraf.

Ada beberapa teknik (cara) mengembangkan paragraf yang dapat dilakukan. Teknik-teknik tersebut dapat dipaparkan sebagai berikut.

6.1 Secara Alamiah

Dalam teknik ini penulis sekedar menggunakan pola yang sudah ada pada objek/kejadian yang dibicarakan. Susunan logis ini mengenal dua macam urutan, yaitu: (a) urutan ruang (spasial) yang membawa pembaca dari satu titik ke titik berikutnya yang berdekatan dalam sebuah ruang. Misalnya gambaran dari depan ke belakang, dari luar ke dalam, dari bawah ke atas, dari kanan ke kiri dan sebagainya; (b) urutan waktu (kronologis) yang menggambarkan urutan terjadinya peristiwa, perbuatan, atau tindakan. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini.

(a) urutan ruang
Bangunan itu terbagi dalam empat ruang. Pada ruang pertama yang sering disebut dengan bangsal srimanganti, terdapat dua pasang kursi kayu ukiran Jepara. Ruangan ini sering digunakan Adipati Sindungriwut untuk menerima tamu kadipaten. Di sebelah kiri bangsal srimanganti, terdapat ruangan khusus untuk menyimpan benda-benda pusaka kadipaten dan cendera mata dari kadipaten-kadipaten lain. Ruangan ini tertutup rapat dan selalu dijaga oleh kesatria-kesatria terpilih Kadipaten Ranggenah. Ruangan tempat menyimpan benda-benda pusaka dan cendera mata ini sering disebut kundalini mesem. Agak jauh di sebelah kanan ruang kundalini mesem terdapat sebuah ruangan yang senantiasa menebarkan aroma dupa. Ruang ini disebut ruang pamujan karena di tempat inilah Sang Adipati selalu mengadakan upacara dan kebaktian. Beberapa meter dari ruang pamujan terdapat ruangan kecil dengan sebuah tempayan besar di tengahnya. Ruangan ini sering disebut dengan ruang reresik, karena ruangan ini sering digunakan untuk membersihkan diri Sang Adipati sebelum masuk ke ruang pamujan.

(b) urutan waktu
Menendang bola dengan sepatu baru dikenalnya sekitar tahun 1977, saat ia baru lulus dari STM Negeri 3 jurusan teknik elektro. Yang pertama kali melatihnya adalah klub Halilintar. Dari sini pretasinya terus menanjak hingga kemudian ia dapat bergabung dengan klub Pelita Jaya sampai sekarang. Tahun 1984 ia pernah dipanggil untuk memperkuat PSSI ke Merdeka Games di Malaysia. Waktu ia dipanggil lagi untuk turnamen di Brunei tahun 1985, ia gagal memenuhinya karena kakinya cedera.

6.2 Klimaks dan Antiklimaks

Gagasan utama mula-mula dirinci dengan sebuah gagasan bawahan yang dianggap paling rendah kedudukannya. Kemudian berangsur-angsur dengan gagasan lain hingga gagasan yang paling tinggi kedudukan/kepentingannya. Contoh berikut kiranya dapat memperjelas uraian ini.

Bentuk traktor mengalami perkembangan dari jaman ke jaman seiring dengan kemajuan tehnologi yang dicapai umat manusia. Pada waktu mesin uap baru jaya-jayanya, ada traktor yang dijalankan dengan mesin uap. Pada waktu tank menjadi pusat perhatian orang, traktor pun ikut-ikutan diberi model seperti tank. Keturunan traktor model tank ini sampai sekarang masih dipergunakan orang, yaitu traktor yang memakai roda rantai. Traktor semacam ini adalah hasil perusahaan Carterpillar. Di samping Carterpillar, Ford pun tidak ketinggalan dalam pembuatan traktor dan alat-alat pertanian lainnya. Jepang pun tidak mau kalah bersaing dalam bidang ini. Produk Jepang yang khas di Indonesia terkenal dengan nama padi traktor yang bentuknya sudah mengalami perubahan dari model-model sebelumnya.

Pikiran utama dari paragraf di atas adalah “bentuk traktor mengalami perkembangan dari zaman ke zaman”. Pikiran utama itu kemudian dirinci dengan gagasan-gagasan : traktor yang dijalankan dengan mesin uap, traktor yang memakai roda rantai, traktor buatan Ford, dan traktor buatan Jepang.

Variasi dari klimaks ialah antiklimaks. Pengembangan dengan antiklimaks dilakukan dengan cara menguraikan gagasan dari yang paling tinggi kedudukannya, kemudian perlahan-lahan menurun ke gagasan lain yang lebih rendah.

6.3 Umum – Khusus & Khusus – Umum (deduktif & induktif)

Cara pengungkapan paragraf yang paling banyak digunakan adalah cara deduktif dan induktif. Berikut ini secara urut akan disajikan contoh paragraf yang dikembangkan dengan cara deduktif dan induktif.

(1) Salah satu kedudukan bahasa Indonesia adalah sebagai bahasa nasional. Kedudukan ini dimiliki sejak dicetuskannya Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Kedudukan ini mungkinkan oleh kenyataan bahwa bahasa Melayu yang mendasari bahasa Indonesia telah menjadi lingua franca selama berabad-abad di seluruh tanah air kita. Hal ini ditunjang lagi oleh faktor tidak terjadinya persaingan bahasa, maksudnya persaingan bahasa daerah yang satu dengan bahasa daerah yang lain untuk mencapai kedudukannya sebagai bahasa nasional.

(2) Dokumen-dokumen dan keputusan-keputusan serta surat menyurat yang dikeluarkan pemerintah dan badan-badan kenegaraan lainnya ditulis dalam bahasa Indonesia. Pidato-pidato, terutama pidato kenegaraan, ditulis dan diucapkan dengan bahasa Indonesia. Hanya dalam keadaan tertentu , demi kepentingan antarbangsa kadang-kadang pidato resmi ditulis dan diucapkan dalam bahasa asing, terutama bahasa Inggris. Demikian juga pemakaian bahasa Indoensia oleh masyarakat dalam upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan . Dengan kata lain, komunikasi timbal balik antara pemerintah dengan masyarakat berlangsung dengan menggunakan bahasa Indonesia.

Bentuk pengembangan paragraf juga ditentukan oleh fungsi paragraf tersebut dalam sebuah karangan atau wacana. Ada paragraf yang berfungsi untuk menjelaskan, membandingkan, mempertentangkan, menggambarkan, atau memperdebatkan. Berikut ini akan dipaparkan bentuk-bentuk pengembangan paragraf berdasarkan fungsinya dalam suatu karangan.

6.4 Perbandingan dan Pertentangan

Untuk menambah kejelasan sebuah paparan, kadang-kadang penulis berusaha membandingkan atau mempertentangkan. Dalam hal ini penulis berusaha menunjukkan persamaan dan berbedaan antara dua hal. Syarat perbandingan/pertentangan adalah dua hal yang tingkatannya sama dan kedua hal itu mempunyai persamaan sekaligus perbedaan. Contoh berikut ini kiranya dapat memperjelas uraian di atas.

Ratu Elizabeth tidak begitu tertarik dengan mode, tetapi selalu berusaha tampil di muka umum seperti apa yang diharapkan rakyatnya. Ke luar kota paling senang mengenakan pakaian yang praktis. Ia menyenangi topi dan scraf. Lain halnya dengan Margareth Thacher. Sejak menjadi pemimpin partai konservatif, ia melembutkan gaya berpakaian dan rambutnya. Ia membeli pakaian sekaligus dua kali setahun. Ia lebih cenderung berbelanja ke tempat yang agak murah. Ia hanya memakai topi ke pernikahan , ke pemakaman, ke upacara resmi misalnya ke parlemen.

6.5 Analogi

Analogi biasanya digunakan untuk membandingkan sesuatu yang sudah dikenal umum dengan hal yang belum dikenal. Analogi ini dimaksudkan untuk menjelaskan hal yang kurang dikenal tersebut. Berikut ini akan disajikan contoh paragraf yang dikembangkan dengan cara analogi. Di dalam contoh berikut ini penulis ingin menjelaskan perbedaan filsafat dengan ilmu.

Filsafat dapat diibaratkan sebagai pasukan marinir yang merebut pantai untuk mendaratkan pasukan infantri. Pasukan infasntri ini diibaratkan sebagai ilmu pengetahuan yang diantaranya terdapat ilmu. Filsafatlah yang memenangkan tempat berpijak bagi kegiatan keilmuan. Setelah itu ilmulah yang membelah gunung dan merambah hutan, menyempurnakan kemenangan ini menjadi pengetahuan yang dapat diandalkan. Filsafat menyerahkan daerah yang sudah dimenangkan itu kepada pengetahuan-pengetahuan lainnya. Setelah penyerahan dilakukan, maka filsafat pun pergiu kembali menjelajah laut lepas, berspekulasi dan meneratas.

6.6 Contoh-contoh

Sebuah generalisasi yang terlalu umum sifatnya agar dapat memberikan penjelasan kepada pembaca, kadang-kadang memerlukan contoh-contoh yang konkrit. Berikut ini akan disajikan contoh sebuah paragraf yang dikembangkan dengan contoh-contoh. Kalimat topik contoh berikut ini mengandung gagasan pokok tentang usaha pemerintah dalam mengejar ketertinggalan desa., dijelaskan dengan beberapa contoh, yaitu: ABRI masuk desa, mahasiswa ber-KKN, koran masuk desa, dan kemungkinan-kemungkinan lain.

Dalam rangka mengejar ketertinggalan desa baik dalam bidang pembangunan maupun dalam bidang pengetahuan, berbagai usaha telah dilakukan oleh pemerintah. ABRI masuk desa sudah lama kita kenal. Hasilnya pun tidak mengecewakan, seperti: perbaikan jalan, pembuatan jembatan, pemugaran kampung, dan lain sebagainya. Contoh lain adalah KKN yang dilaksanakan oleh mahasiswa. Hasil-hasil yang positif telah pula dinikmati oleh desa yang bersangkutan, misalnya: peningkatan pengetahuan masyarakat, pemberantasan buta aksara, perbaikan dalam bidang kesehatan dan gizi, dan lain-lain. Akhir-akhir ini surat kabar juga diusahakan masuk desa, walaupun hasilnya masih belum kelihatan. Barangkali perlu pula dipikirkan program selanjutnya, misalnya bahasa Indonesia masuk desa, jaksa masuk desa, listrik masuk desa, dan sebagainya.

6.7 Sebab – Akibat

Hubungan kalimat dalam sebuah paragraf dapat berbentuk sebab akibat. Dalam hal ini sebab dapat berfungsi sebagai pikiran utama, dan akibat sebagai pikiran penjelas; atau sebaliknya. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh berikut

Jalan Jendral Sudirman akhir-akhir ini kembali macet dan semrawut. Lebih dari separuh jalan kendaraan kembali tersita oleh kegiatan pedagang kaki lima. Untuk mengatasinya, pemerintah daerah akan memasang pagar pemisah antara jalan kendaraan dengan trotoar. Pagar ini juga berfungsi sebagai batas pemasangan tenda pedagang kaki lima tempat mereka diizinkan berdagang. Pemasangan pagar ini terpaksa dilakukan mengingat pelanggaran pedagang kaki lima di lokasi itu sudah sangat keterlaluan, sehingga menimbulkan kemacetan lalu lintas.

6.8 Definisi Luas

Untuk memberikan batasan tentang sesuatu, kadang-kadang penulis terpaksa menguraikan dengan beberapa kalimat atau bahkan beberapa paragraf. Berikut ini akan disajikan contoh pengembangan paragraf yang berfungsi menjelaskan apa yang dimaksud dengan pompa hidran, bagaimana cara kerjanya, dan bagian-bagian dari pompa tersebut..

Pompa hidran (Hydraulicran) ialah sejelis pompa yang dapat bekerja secara kontinue tanpa menggunakan bahan bakar atau energi tambahan dari luar. Pompa ini bekerja dengan memanfaatkan tenaga aliran air yang berasal dari sumber air, dan mengalirkan sebagian air tersebut ke tempat yang lebih tinggi. Bagian utama sistem ini ialah pompa pemasukan, katub limbah, katub pengantar, katup udara, ruang udara , dan pipa pengeluaran. Pada dasarnya air dapat dipompakan karena adanya perubahan energi kinetis air jatuh, yang menimbulkan tenaga yang cukup tinggi dalam ruang udara, sehingga sanggup mengangkat dan mengalirkan air ke tempat yang lebih tinggi permukaannya. Desain katub limbah dan katub pemasukan dibuat sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi bergantian.

9 6.Klasifikasi

Dalam pengembangan paragraf, kadang-kadang kita mengelompokkan hal-hal yang mempunyai persamaan. Pengelompokan ini biasanya dirinci lebih lanjut ke dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil. Berikut ini akan disajikan contoh pengembangan paragraf dengan cara mengklasifikasikan.

Dalam karang-mengarang atau tulis-menulis, dituntut beberapa kemampuan antara lain kemampuan yang berhubungan dengan kebahasaan dan kemampuan pengembangan atau penyajian. Yang termasuk kemampuan kebahasaan adalah kemampuan menerapkan ejaan, pungtuasi, kosa kata, diksi, dan kalimat. Sedangkan yang dimaksud dengan kemampuan pengembangan ialah kemampuan menata paragraf, kemampuan membedakan pokok bahasan, subpokok bahasan, dan kemampuan membagi pokok bahasan dalam urutan yang sistematik.

MAKALAH WACANA 2

BAB I
PENDAHULUAN

Lingkungan memiliki tataran bahasa yang lebih luas dari kalimat (rentetan kalimat-paragraf) yang disebut wacana. Istilah wacana merupakan istilah yang muncul sekitar tahun 1970-an di Indonesia (dari bahasa Inggris discourse). Wacana memuat rentetan kalimah yang berhubungan, menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lainnya, membentuk satu kesatuan informasi. Proposisi adalah konfigurasi makna yang menjelaskan isi konsep yang masih kasar yang akan melahirkan statement (pernyataan kalimat).
Satuan yang minimum bagi wacana adalah apa yang disebut klausa. Klausa berfungsi sebagai penyampai pesan, memiliki struktur yang disusun berdasarkan kaidah (pola urutan) sehingga komunikatif. Para ahli berpendapat bahwa wacana merupakan klaster kalimat yang memiliki satu kesatuan informasi yang komunikatif. Sampai akhir dasawarsa enam puluhan analisis wacana belum mendapat perhatian dari para ahli bahasa. Analisis wacana mencapai tahap perkembangannya baru pada tahun 1970-an. Firth (1935) adalah ahli bahasa yang pertamakali menganjurkan studi wacana, melalui gagasannya bahwa konteks situasi perlu diteliti para linguis karena studi bahasa dan kinerja bahasa ada pada konteks.
Studi bahasa meliputi gramatika dan makna. Gagasan Firth tentang makna (semantik) berdasarkan konteks yang dianggap sebagai hasil suatu perangkat kulminasi kontekstual dalam konteks budaya suatu masyarakat (firth di dalam Kafferty, 1982 : 2). Pemahaman dan anjuran firth kemudian dilupakan orang dan padas saat itu tidak berkembang karena pengaruh Bloomfield, yang lebih berpengaruh kepada ahli-ahli bahasa sejak tahun 1933 dan mendominasi penelitian bahasa pada zaman itu. Dalam studi wacana, kita tidak bisa hanya menelaah bagian-bagian bahasa sebagai unsur kalimat (property), tetapi juga harus mempertimbangkan unsur kalimat sebagai bagian dari kesatuan yang utuh. Untuk menganalisis wacana, perlu dipahami makna wacana itu sendiri.

BAB II
WACANA

2.1 Pengertian Wacana
Para ahli bahasa umumnya berpendapat sama tentang wacana dalam hal satuan bahasa yang terlengkap (utuh) seperti novel, buku, artikel. Pemahaman bahwa wacana merupakan satuan bahasa terlengkap dan merupakan satuan tertinggi dalam hierarki gramatikal, adalah pemahaman yang berasal dari pernyataan, wacana (diseourse) adalah satuan bahasa terlengkap dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana ini di realisasikan dalam bentuk karangan yang utuh berupa novel, buku seri, seri ensiklopedi, dsb, paragraf, kalimat, atau kata yang membawa amanat yang lengkap. Di jelaskan bahwa wujud wacana dapat dilihat dari segi tataran bahasa, dari mulai tataran yang terkecil “kata” dapat memuat makna yang utuh, dilihat dari informasi yang didukungnya.
Hubungan antar unsur yang terbentuk wacana dinyatakan oleh Moeliono, dkk, (1988), adalah yang disebut rentetan kalimat yang berkaitan sehingga terbentuklah makna yang serasi diantara kalimat-kalimat itu atau wacana adalah rentetan kalimat-kalimat itu atau wacana adalah rentetan kalimat yang berkaitan yang menghubungkan proporsisi yang satu dengan proporsi yang lain, membentuk satu kesatuan. Pemahaman wacana yang menekankan unsur keterkaitan kalimat-kalimat, disamping hubungan proposisi yang lain, membentuk satu kesatuan. Pemahaman wacana yang menekankan unsur keterkaitan kalimat-kalimat, disamping hubungan proporsisi sebagai landasan berpijak, mengisyaratkan konfigurasi maka yang menjelaskan isi komunikasi pembicaraan sangat berperan dalam informasi yang ada pada wacana. Kridalaksana, 1984

2.2 Jenis Wacana
Jenis wacana dapat dikaji dari segi eksistensinya (realitasnya), media komunikasi, cara pemaparan, dan je nis pemakaian. Menurut realitasnya wacana merupakan verba dan non verba sebagai media komunikasi berwujud tutran lisan dan tulis, sedangkan dari segi paparan, kita dapat memperoleh jenis wacana yang di sebut naratif, deskriptif, prosedural, ekspositori dan hortatori, dari jenis pemakaian kita akan mendapatkan wujud monolog (satu orang penutur), dialog (dua orang penutur), dan polllog (lebih dari dua orang penutur).

2.2.1 Realitas Wacana
Realitas wacana dalam hal ini adalah eksistyensi wacana yang berupa verba dan non verba. Rangkaian kebahasaan verba atau language exist (kehadiran kebahasaan) dengan kelengkapan struktur bahasa, mengacu pada struktur apa adanya; non verba atau language likes mengacu pada wacana sebagai rangkaian nonbahasa (yakni rangkaian isyarat atau tanda-tanda yang bermakna) (bahasa isyarat) berupa isyarat dengan gerak-gerik sekitar kepala atau muka dan isyarat yang ditunjukan melalui gerak anggota tubuh selain kepala.

2.2.2 Media Komunikasi
Wujud wacana sebagai media komunikasi berupa rangkaian ujaran (tuturan) lisan dan tulisan. Sebagai media komunikasi wacana lisan dan tulis. Sebagai media komunikasi wacana lisan wujudnya dapat berupa sebuah percakapan lengkap dari awal sampai akhir dan satu penggalan ikatan percakapan (rangkaian percakapan yang lengkap biasanya memuat gambaran situasi, maksud).

2.2.3 Pemaparan Wacana
Pemaparan wacana ini sama dengan tinjauan isi, cara penyusunan dan sifatnya, berdasarkan pemaparan, wacana meliputi wacana : naratif, prosedural, hortatori, ekspositori dan deskriptif.

Wacana naratif adalah rangkaian tuturan yang menceritakan atau menyajikan hal atau kejadian (peristiwa) memulai penonjolan pelaku. Isi wacana ditunjukan kearah memperluas pengetahuan pendengar dan pembaca.
Wacana hortatori adealah tuturan yang berisi ajakan atau nasehat. Tuturan dapat pula berupa ekspresi yang memperkuat keputusan untuk lebih meyakinkan. Wacana ini digunakan untuk mempengaruhi pendengar atau pembaca agar terpikat akan suatu pendapat yang dikemulkakan. Contohnya khotbah, pidato tentang politik.
Wacana ekspositori bersifat menjelaskan sesuatu. Biasanya berisi pendapat atau simpulan dari sebuah pandangan. Pada umumnya ceramah, pidato, artikel pada majalah atau surat kabar.
Wacana deskriptif berupa rangkaian tuturan yang memaparkan sesuatu atau melukiskan sesuatu, baik berdasarkan pengalaman maupun pengetahuan. Wacana ini bertujuan mencapai penghayatan yang imajinatif terhadap sesuatu sehingga pendengar atau pembaca seolah-olah merasakan atau mengalami sebdiri secara tidak langsung.
Wacana epistolari digunakan di dalam surat-surat, dengan sistem dan bentuk tertentu. Dimulai dengan alinea pembuka, isi, penutup.



BAB III
SUBPOKOK WACANA

3.1 Kalimat
Kalimat adalah bagian dari wacana, yang berarti wacana ini memiliki beberapa kalimat yang sambung menyambung satu sama lainnya. Jadi kalimat adalah kesatuan ejaan yang menggunakan konsep pikiran dan perasaan.
Kalimat memiliki bagian-bagian lagi diantaranya yaitu :
1. Anafora, yaitu pengulangan sebuah kata atau lebih pada awal beberapa kalimat / larik yang berturut-turut dengan maksud mencapai efek kesedepapan bahasa atau keefektifan bahasa.
Contoh :
Pak Jamal rumahnya pinggir jalan
Pak Jamal dan –nya merupakan anafora
2. Deiksis
Deksis adalah gejala semantis yang terdapat pada kata atau konstruksi yang hanya ditafsirkan acuannya dengan memperhatikan situasi pembicara. Deiksis dapat berupa lokasi (tempat), identitas orang, objek, peristiwa, proses atau kegioatan yang sedang dibicarakan atau yang diacu dalam hubungan dimensi ruang pada saat di tuturkan oleh pembicara atau kawan bicara.
(1) Kamu ibunya Susi
(2) Ini orang yang saya cari
(3) Maria jatuh cinta pada temannya yang tinggal di sana.
(4) Sekarang pukul 11.20
Unsur yang disebut deiksis pada (1)’ kamu; (2)’Ini (3) Maria, -nya’ (temannya), di sana .4 sekarang. Pada (1), kalimat itu baru benar, bila pesapa benar-benar ibu susi, pada (2) mengacu pada sumber (ini’) Maria pada kenyataanya jatuh cinta pada temannya dengan lokasi yang dilakukan pembicara, pada (4) waktu bicara benar-benar pukul 11.20. secara persona kamu! , (2) “Maria” (nama diri), nya’ (pada temannya mengacu pada teman
Maria), disana (pronomina demonstratif menunjuk lokasi). (4)’sekarang mengacu pada waktu (temporal).
(Prof. Dr. Hj. T.Fatimah Djajasudarwa : 59).

3.2 Paragraf
Paragraf merupakan perkembangan dari kalimat. Jadi, pengertian paragraf lebih luas daripada pengertian kalimat. Tetapi kedua-duanya merupakan bagian dari wacana.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989 : 648), paragraf adalah bagian bab dalam suatu karangan (biasanya mengandung satu ide pokok dan dimulai penulisannya dengan garis baru). Jadi, paragraf merupakan gabungan kalimat yang mengemukakan satu gagasan atau satu topik pikiran yang diperjelas oleh kalimat penjelas (soplemen). Pikiran utama daalm sebuah paragraf dapat dinyatakan dengan satuan kalimat atau beberapa kalimat, sehingga pikiran utama dalam sebuah paragraf merupakan topik yang bersangkutan.

3.2.1 Syarat-syarat Paragraf
Paragraf yang baik harus memiliki beberapa konsep, seperti berikut:
a. Kesatuan paragraf (kohesi)
b. Kepaduan paragraf (koherensi)

a. Kesatuan paragraf (kohesi)
Bila kita menyusun sebuah paragraf, susunlah kalimat itu secara cermat, sehingga susunan kalimat itu merupakan kesatuan paragraf yang (kohesi). Sehingga isi paragraf dapat dipahami oleh si pembaca/penyimak.
Kepaduan (kohesi) paragraf dapat dibentuk dengan bantuan :
- Kata ganti (pronomina)
Kata ganti terdiri dari :
· Saya, aku, kita, kami
· Substitusi (pengganti) yang merupakan pengganti unsur lain, dapat bersifat nominal, verbal, klausa atau campuran, misalnya : sama, seperti itu, sedemikian rupa, demikian, dan begitu.
Contoh : saya dan adik memiliki kesenangan sama, kami selalu rukun, demikian tetangga berkata. Pendapat tetangga seperti itu, saya pelihara baik-baik. Adik pun melakukan hal yang sama.
· Elipsis yaitu peniadaan atau pelepasan sesuatu yang ada tetapi tidak ditulis atau diucapkan.
Contoh : Adiknya pandai, tetapi kakanya sebaliknya.
· Konjungsi, konjungsi dipergunakan untuk menggolongkan kata dengan kata, frase dengan frase, kalusa dengan klausa, atau kalimat dengan kalimat, paragraf dengan paragraf.
Konjungsi dapat digolongkan menjadi :
- Konjungsi adversatif : tetapi, namun, dsb
- Konjungsi klausa : sebab, karena, dsb
- Konjungsi koordinatif : dan, atau, tetapi, dsb
- Konjungsi naratif : baik, maupun, entah, dsb
- Konjungsi subordinatif : meskipun, kalau, bahwa, dsb
- Konjungsi temporal : sebelum, sesudah, selama, dsb.

b. Kepaduan paragraf (koherensi)
Koherensi atau kepadan paragraf merupakan hubungan logis antara kalimat-kalimat dalam satu paragraf atau wacana. Hubungan logis antara kalimat itu dapat dinyatakan, dengan :
· Hubungan tambahan : lebih tinggi, selanjutnya, tambahan pula, disamping itu, lalu, berikutnya, demikian pula, begitu juga, lagi pula.
· Hubungan pertentangan: akan tetapi, namun, bagaimanapun, walaupun demikian, sebaliknya, meskipun begitu, lain halnya.
· Hubungan perbandingan: sama dengan itu, dalam hal yang demikian, sehubungan dengan
· Hubungan akibat : oleh sebab itu, jadi, akibatnya, oleh karena itu, maka
· Hubungan tujuan : untuk itu, untuk maksud itu
· Hubungan singkat : singkatnya, pendeknya, akhirnya, pada umumnya, dengan kata lain, sebagai simpulan.
· Hubungan waktu : sementara itu, segera setelah itu, beberapa saat kemudian.

3.2.2 Pembagian Paragraf Menurut Jenisnya
Secara tradisional pembagian paragraf menurut jenisnya dalam sebuah paragraf atau wacana biasanya terdapat tiga macam yaitu :
1. Paragraf pembuka
Paragraf pembuka sesuai dengan namanya, paragraf pembuka biasanya ditempatkan di awal paragraf atau wacana.
Paragraf pembuka harus dapat menarik perhatian ata minat pembaca/penyimak serta harus dapat menghubungkan pikiran pembaca pada masalah berikutnya.
2. Paragraf Pengembang
Paragraf pengembang berada di tengah (diantara ) paragraf pembuka dengan paragraf penutup, dan isi paragraf pengembang inti persoalan yang sedang atau akan dikemukakan.
Paragraf ini dikembangkan dengan cara eksposisi, deskripsi, narasi, atau dengan cara argumentasi.
3. Paragraf penutup
Paragraf penutup biasanya ditempatkan di akhir paragraf. Paragraf penutup berisi simpulan semua persoalan yang telah dipaparkan pada bagian-bagian terdahulu (kalimat-kalimat terdahulu).




3.2.3 Pembagian Paragraf menurut Penempatan Topik
Pembagian paragraf menurut penempatan topiknya ada empat macam, yaitu :
1. Paragraf deduksi yaitu paragraf yang topiknya atau kalimat utamanya diawal paragraf.
2. Paragraf induktif yaitu paragraf yang letak topiknya atau kalimat utamanya disimpan diakhir paragraf.
3. Paragraf naratif, paragraf naratif tidak memiliki kalimat utama atau topik. Kalimat utamanya /topiknya ada diseluruh paragraf. Jadi si pembicara yang dapat menyimpulkan isi paragraf ini.
4. Paragraf campuran yaitu paragraf gabungan paragraf induktif dengan paragraf deduktif. Kalimat utamanya atau topik pertama disimpan diawal paragraf merupakan inti pembicaraan, kalimat yang ditengah merupakan suplemen, sedangkan kalimat yang terakhir merupakan simpulan atau penegasan yang telah diuraikan terlebih dahulu.

2.3.4 Pembagian paragraf berdasarkan penawaran
Pembagian paragraf berdasarkan penawaran topiknya ada lima macam yaitu :
1. Paragraf deskriptif sering disebut juga paragraf melukiskan, karena isi paragraf ini melukiskan sesuatu apa yang dilihta, dirasa dan juga bisa apa yang diraba.
2. paragraf ekspositoris (Eksposisi, paparan), karena isi paragraf ini memaparkan sesuatu atau laporan. Susunan paragraf eksposisi atau paparan ada dua hal yaitu sifat penjelasan atau keterangan yang akan kita berikan, dan tujuan yang akan kita capai.
3. Paragraf argumentasi (agrumentasi) sering juga dimasukan ke dalam paragraf persuasif, karena paragraf ini berisi membujuk atau mempengaruhi para pembaca atau penyimak terhadap suatu objek. Makna argumen ialah alasan. Jadi argumentasi itu pemberian alasan yang kuat dan meyakinkan.
4. Paragraf persuasif, adalah paragraf yang mengetengahkan bujukan secara halus supaya yang membaca atau penyimak dapat dipengaruhinya. Paragraf ini mengajak atau membujuk dengan cara memberikan alasan dan prospek baik yang meyakinkan.
Ciri-cirinya : - Jelas, tertib dan teratur
- hidup cerah dan bersemangat
- dramatik menggugah perasaan
- alasan yang kuat

3.3 Ejaan
Ejaan merupakan alat untuk memahami sebuah tulisan (karangan), bila tidak ada ejaan dalam sebuah bahasa kita akan sulit untuk memahami atau menerjemahkan suatu makna paragraf atau pun wacana dalam sebuah artikel. Oleh karena itu, ejaan sangat diperlukan kehadirannya di dalam sebuah tulisan atau karangan.
Ejaan ialah aturan melambangkan bunyi ujaran yang tertuang dalam kata, kalimat /wacana dalam bentuk tulisan serta penggunaan tanda baca.

3.3.1 Penulisan Hurup
Hurup yang digunakan dalam bahasa Indonesia yaitu alfabet (a sampai z) cara pengucapannya disesuaikan dengan pedoman EYD. Dalam bahasa Indonesia mengenal juga vokal rangkap atau diftong yaitu biasa ditulis au, ai dan oi. Seperti dalam kata kerbau diucapkan /kerbow/, kedai diucapkan /kedey/ dan amboi diucapkan /amboy/.
Dalam bahasa Indonesia juga mengenal konsonan rangkap seperti nk dalam kata bank diucapkan bang. Selain itu ada lagi ng, ny, sy, kh. Penggunaan kalimatnya dalam kata terbang, nyonya, masyarakat, khawatir.



3.3.2 Lafal, Singkatan dan Kata
Singkatan kata adalah kependekan dari beberapa kata dengan maksud memudahkan cara pengucapan dan mempercepat penulisannya.

3.3.3 Pemenggalan (penyukuan) kata
Pemenggalan kata artinya ialah sebuah kata yang dipenggal atau dipotong-potong berdasarkan suku katanya, misalnya kata lari dipenggal menjadi la-ri, sehingga pemenggalan kata disebut juga penyukuan kata. Apabila memenggal kata kita gunakan tanda hubung ( -) diantara suku-suku kata yang kita penggal, menempatkan tanda hubung harus sejajar dengan suku kata yang dipenggal setelah spasi. Jangan menggunakan tanda hubung di bawah suku kata yang dipenggal.
Perlu diketahui suku kata yang memiliki satu fonem jangan dipenggal, sehingga tidak terjadi diujung maupun dipangkal baris tidak terdapat satu fonem. Bila akan memenggal kata jadian, ceraikan dahulu imbuhan dengan kata dasarnya. Baru setelah itu kita penggal kata jadian itu.
Bila kata-kata yang berasal dari dua unsur yang berbeda artinya, cara pemenggalannya ada 2 tahap, tahap pertama kata tersebut pisah dulu unsur-unsurnya. Tahap kedua unsur-unsur kata itu baru dipenggal berdasarkan suku katanya.
Misalnya :
Sentimeter : senti-meter= sen-ti-me-ter
Kilogram : kilo-gram= ki-lo-gram
Biofarma : bi-o-far-ma

3.3.4 Pemakaian Huruf Kapital (besar) dan Huruf miring
Pemakaian huruf kapital
Pemakaian huruf kapital sebagai berikut :
a) Huruf kapital digunakan hurup pertama pada awal kalimat
Misal : Mereka berangkat tadi siang
b) Hurup kapital digunakan sebagai hurup pertama petikan langsung. Misal :
Ayah bertanya, “Kapan mau pulang?”
“Kemarin engkau terlambat,” kata Pak Guru”
c) Huruf kapital digunakan dalam ungkapan yang berhubungan dengan Tuhan, Kitab Suci, Kata ganti Tuhan.
Misal :
Ya, Allah lindungilah keluargaku dari marabahaya
Berkat karunia-Nya kami bisa menyelesaikan tugas ini.
d) Hurup kapital digunakan pada hurup awal nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Misal :
- Putra Nabi Muhammad adalah Siti Patimah
- Tini adalah putri Haji Somad
e) Huruf kapital digunakan pada hurup pertama nama jabatan, dan pangkat yang diikuti nama orang sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi dan nama tempat.
Misal :
- Kemarin Presiden Megawati Sukarno Putri berangkat ke Rusia
- Siapa yang akan menjadi Gubernur Jawa Barat?
f) Hurup kapital digunakan pada awal unsur nama orang
Misal :
Moh Hatta, I Gusti Ngurahrai
g) Huruf kapital digunakan pada awal kata nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa
Misal :
- Daerah Jawa Barat umumnya dihuni oleh suaku Sunda
- Di kota-kota besar banyak yang menggunakan bahasa Inggris
h) Hurup kapital digunakan hurup pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.
Misal :
- Tahun Hijriyah pergantian tahunnya pada bulan Muharam
- Orang Bali sedang merayakan hari Galungan.
i) Hurup kapital digunakan sebagai hurup pertama pada nama geografi.
Misal :
Daerah Asia tenggara banyak tertular penyakit Sars.
j) Huruf kapital digunakan sebagai hurup pertama semua unsur negara, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan
Misal :
- Tono bekerja di Dinas Pendidikan bagian Sarana dan Prasarana.
k) Hurup kapital digunakan sebagai hurup pertama pada unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintahan
Misal :
- Lembaga Perserikatan Bangsa-bangsa
- Rancangan Undang-undang Kepegawaian
l) Hurup kapital digunakan pada hurup pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar.
Misal :
Kami disuruh membaca buku Salah Asuhan
m) Hurup kapital digunakan sebagai hurup pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat dan sapaan.
Misal :
Dr. doktor
M.A Master of arts
Tn. Tuan
Ny. Nyonya
Sdr. Saudara
n) Hurup kapital digunakan sebagai hurup pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti Bapak, Ibu, saudara, adik dan paman yang dipakai dalam penyapaan atau pengacuan.
Misal :
“Kapan Bapak dan Ibu berangkat haji?” tanya siswa-siswanya. Kiriman saudara sudah kami terima
Hurup kapital tidak digunakan sebagai hurup pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak dipakai dalam pengacuan atau penyapaan.
Misal :
Kita harus menghormati ibu dan bapak kita.
o) Hurup kapital digunakan sebagai hurup pertama kata ganti
Anda
Misal:
Sudahkah Anda tahu?
Surat Anda sudah kami terima

3.3.5 Pemakaian Hurup Miring
a. Hurup miring digunakan dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Misal :
Anak-anak menyenangi majalah Kuncung dan Bobo
b. Hurup miring digunakan sebagai untuk menegaskan atau mengkhususkan hurup, bagian kata, atau kelompok kata.
Misal :
Bab ini tidak mengetengahkan pembelajaran kosakata.
c. Hurup miring digunakan untuk menuliskan nama ilmiah, ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan dengan ejaan.
Misal :
Nama ilmiah buah manggis ialah Caricinia Mangostana.

3.3.6 Penggunaan Tanda Baca
Tanda baca dalam bahasa Indonesia menurut EYD ialah tanda titik (.), koma (,), tanda tanya (?), tanda titik dua (: ) , tanda hubung (-), tanda pisah (-), tanda elipsis (…), tanda seru (! ), tanda petik (“…”), tanda ulang ( -), tanda apostop/penyingkat (‘), tanda garis miring (/).
a. Tanda titik ( .)
(a) Tanda titik digunakan pada akhir kalimat
Misal :
Budiman pergi ke sekolah
(b) Tanda titik digunakan dibelakang angka atau hurup dalam suatu bagan, ikhtisar atau daftar.
Misal :
II. landasan teori
2.1 Pengertian Sastra
(c) Tanda titik digunakan untuk memisahkan jam, menit dan detik yang menunjukkan waktu
Misal :
Ia berangkat pukul 14.30.21
(d) Tanda titik digunakan untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu.
4.15.10 jam (4 jam, 15 menit 10 detik)
(e) Tanda titik digunakan diantara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya dan tanda seru, dan tempat terbit pada daftar pustaka
Misal :
Alwasilah, Drs. A. Cheader.1985 Beberapa Madhab dan Dikotomi Teori Linguistik. Bandung.
(f) Tanda titik digunakan untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
Misal :
Ia mempunyai uang 5.750.000 rupiah
Tanda bilangan tidak digunakan untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukan jumlah.
Misal :
Tini dilahirkan tahun 1990
Nomor teleponku 202122
(g) Tanda titik tidak digunakan pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dsb.
Misal :
Analisis Wacana Pragmatik
(h) Tanda titik digunakan dibekalang (1) alamat pengiriman dan tanggal surat atau (2) nama dan alamat penerima surat.
Misal :
Yth. Sdr. Rudiansyah, S.Pd.
Jalan Angkrek 20
Sumedang
b. Tanda Koma (,)
(a) Tanda koma digunakan diantara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Misal :
Rina membeli sabun, parfum, dan pasta gigi.
(b) Tanda koma digunakan untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului kata seperti tetapi atau melainkan.
Misal :
Itu bukan buku Yanti, melainkan kepunyaan Susi
(c) Tanda koma digunakan untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimat.
Misal :
Karena sakit, Tono tidak masuk sekolah
(d) Tanda koma digunakan dibelakang kata atau ungkapan penghubung antar kalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk didalamnya oleh karena itu, lagi pula, meskipun begini, akan tetapi.
Misal :
Jadi, kamu yang jadi biang keroknya
(e) Tanda koma digunakan diantara (1) nama dan alamat, (2) bagian-bagian alamat, (3) tempat dan tanggal, (4) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Misal :
Sdr. Hamdan, jalan Angkrek 30, Sumedang
Sumedang, 01 April 2003
(f) Tanda koma digunakan untuk memisahkan petikan langsung, dari bagian lain dalam kalimat
Misal :
Kata Ibu “kamu harus segera pulang.”
(g) Tanda koma digunakan untuk memisahkan kata seperti O, ya, wah, aduh, kasihan dari kata-kata lain yang terdapat di dalam kalimat.
Misal :
O, begitu?
(h) Tanda koma digunakan untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunanya dalam dafatr pustaka.
Misal :
Lubis, A. Hamid Hasan, 1991, Analisis Wacana Pragmatik, Angkasa.
(i) Tanda koma digunakan diantara bagian-bagian dalam catatan kaki.
Misal :
W.J.S. Purwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karang-Mengarang (Yogyakarta : UP Indonesia, 1967), halaman 4.
(j) Tanda koma digunakan diantara nama orang dan gelar akademis yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
Misal :
M.Santoso, S.Pd.
(k) Tanda koma digunakan di muka angka persepuluhan atau diantara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka
Misal :
Rp. 17,85
(l) Tanda koma digunakan untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi
Misal :
Semua mahasiswa, baik laki-laki maupun perempuan mengikuti latihan degung.
(m) Tanda koma digunakan untuk menghindari salah baca dibelakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat
Misal :
Atas perhatiannya, saya ucapkan terima kasih.
(n) Tanda koma tidak digunakan untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.
Misal :
“Dimana Saudara tinggal ?” tanya Yudi.
c. Tanda Titik Koma (;)
(a) Tanda titik koma digunakan untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
Misal :
Malam semakin larut; pekerjaan belum selesai juga.
(b) Tanda titik koma digunakan sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara didalam kalimat majemuk.
Misal :
Ayah mengurus tanamannya di kebun itu; Ibu sibuk bekerja di dapur;


Tanda Titik Dua ( : )

(a) Tanda titik dua tidak digunakan jika rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Misal :
Fakultas itu mempunyai jurusan Bahasa Inggris, Ekonomi dan Sejarah.
(b) Tanda titik dua digunakan sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian
Misal :
Ketua : Tono
Sekretaris : Yani
Bendahara : Yuni
(c) Tanda titik dua digunakan dalam teks drama.
Misal :
Ibu : (duduk santai sambil nonton tv) “ambilkan kacamata !”
Andi : “Baik, Bu.” (sambil membawa kacamata).
Ibu : “Terimakasih, Di.” (sambil menerima kacamata).
(d) Tanda titik dua digunakan (1) diantara jilid atau nomor dan halaman, (2) diantara bab dan ayat dalam kitab suci, (3) diantara judul dan anak judul suatu karangan, serta (4) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
Misal :
Karangan Sutomo, Pembinaan Bahasa Indonesia : sebuah kajian, sudah terbit

Tanda Hubung ( - )

(a) Tanda hubung digunakan untuk menghubungkan suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris.
Misal :
Kita harus datang tepat pa-
da waktunya
(b) Tanda hubung digunakan untuk menyambung awalan dengan bagian kata dibelakangnya atau akhiran dengan kata di depannya pada pergantian baris
Misal :
Senjata itu merupakan alat pertahan-
an yang canggih.
(c) Tanda hubung digunakan untuk menyambungkan hurup kata yang di eja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.
Misal :
k-e-t-u-a
11-04-2010
(d) Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang
Misal :
Ibu-ibu itu sedang mengadakan arisan.
(e) Tanda hubung untuk memperjelas (1) hubungan bagian kata atau ungkapan dan (2) penghilang bagian kelompok kata.
Misal :
ber-evolusi, kesetiakawanan-sosial
(f) Tanda hubung digunakan untuk merangkai (1) se- dengan kata berikutnya yang dimulai hurup kapital, (2) ke- dengan angka, (3) angka dengan –an, (4) singkatan berhurup kapital dengan imbuhan atau kata, (3) nama jabatan rangkap.
Misal :
Perlombaan baca puisi Se-Kabupaten Sumedang
(g) Tanda hubung digunakan untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing

Tanda Pisah ( - - )

(a) Tanda pisah digunakan untuk membatasi penyusupan kata atau kalimat yang memberi penjelasan diluar bangun kalimat.
Misal :
Kemerdekaan itu – saya yakin akan tercapai – diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri
(b) Tanda pisah digunakan untuk menegaskan keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi jelas.
(c) Tanda pisah digunakan diantara dua bilangan atau tunggal dengan arti ‘sampai ke’ atau ‘sampai dengan’
Misal :
1942 – 1980
Tanggal 15 – 26 April 2003
Jakarta – Bandung

Tanda Elipsis ( … )

(a) Tanda elipsis digunakan dalam kalimat yang terputus-putus
Misal :
- Kalau begitu … ya, marilah kita maju.
(b) Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan.
Misal :
Sebab-sebab kemerostotan … akan diteliti ulang.

Tanda Tanya ( ? )

(a) Tanda tanya digunakan pada akhir kalimat tanya.
Misal :
Siapa yang sakit ?
(b) Tanda tanya digunakan di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya
Misal :
Ia lahir pada tahun 1950 (?)


Tanda Seru ( ! )

Tanda seru digunakan setelah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosional yang kuat.
Misal :
Ambilah barang-barang itu !

Tanda kurung ( ( … ) )

(a) Tanda kurung digunakan untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
(b) Tanda kurung digunakan untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.
Misal :
Keterangan itu (lihat tabel 10) menunjukan arus perkembangan baru dalam pemasaran luar negeri
(c) Tanda kurung mengapit hurup atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan
Misal :
Pejalan kaki itu berasal dari (kota) Sumedang.
(d) Tanda kurung mengapit angka atau hurup yang merinci satu urutan keterangan.
Misal :
Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, (c) modal.

Tanda Kurung siku ( [ … ] )

(a) Tanda kurung siku mengapit hurup, kata, atau kelompok kata sebagai koneksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli
Misal :
Sang Sapurba me [d]engar bunyi gemerisik.
(b) Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung
Misal :
Persamaan kedua proses ini (perbedaannya di bicarakan didalam Bab II [lihat halaman 35-38] tidakl dibicarakan) perlu dibentangkan disini.

Tanda Petik ( “…” )

(a) Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahkan tertulis lain.
Misal :
“Saya belum siap,” kata Mira, “Tunggu sebentar.”
(b) Tanda petik mengapit judul syair karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Misal :
Bacalah puisi dengan judul “Aku” karya Khairil Anwar !
(c) Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mengaandung arti khusus.
Gadis itu mengenakan celana “Cutbray”
(d) Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
Misal :
Kata Tono, “Saya juga minta satu.”
(e) Tanda petik penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang digunakan dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat.
Karena kelincahannya, Doni mendapat julukan “Si Genit”




Tanda Petik tunggal ( ‘…’ )

(a) Tanda petik tunggal digunakan untuk mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Misal :
Tanya Burhan “Kau dengar bunyi ‘Kring-kring’ tadi?”
(b) Tanda petik tunggal digunakan untuk mengapit makna, terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan asing.
Misal :
feed-beek ‘balikan’

Tanda Garis Miring ( / )

(a) Tangda garis miring digunakan didalam nomor surat dan nomor pada alamat atau penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwin
Misal :
No. 7/04/2003
Tahun pelajaran 2009/2010
(b) Tanda garis miring digunakan sebagai pengganti kata atau, tiap
Misal :
‘dikirim lewat darat/laut’

Tanda Penyingkat atau Aprostop ( ` )

Tanda Aprostop digunakan untuk menunjukan penghilanganbagian kata atau bagian angka tahun.
Misal :
Ali `kan kusurata (`kan = akan)

3.4 Referensi dan Inferensi (Pengacuan dan perujukan)
(1) referensi dan Inferensi (Pengacuan dan Perujukan)
Pengacuan adalah unsur yang kerap kali di ulang untuk menjelaskan arti (maksud) seperti unsur pelaku, penderita, pelengkap, dan perbuatan.
Mis al :
Widodo mau berabgkat kuliah , wajahnya agak kusam, karena dia bangun kesiangan, lebih-le bih pagi itu akan ada ujian perbaikan nilai
Penjelasan :
Kata ganti nya, dia dalam kalimat itu referensi Widodo
(2) Inferensi
Inferensi merupakan proses yang harus di lakukan pembaca atau penyimak untuk memahami (menafsirkan) arti yang diinginkan penulis / pembaca (yang diinginkan penulis/ pembicara secara harfiah tidak terdapat dalam wacana.
Misal
“Wah, hausnya hari ini !”, kata Pak Dirman. Maksud Pak Dirman ia sebenarnya mau minum tetapi dalam tuturannya tidak diucapkan (inferensi).

3.5 Bahasa
Bahasa merupakan alat untuk menyampaikan isi hati, cara penyampaian itu ada da cara yaitu dengan menggunakan bahasa lisan dan bahasa tulis.
Menurut ragamnya bahasa itu dibagi dua, yaitu bahasa baku dan bahasa nonbaku.
Bahasa buku (standar) merupakan bahasa yang telah dilembagakan dan diakui oleh sebagian besar masyarakat pemakainya sebagai bahasa resmi dan sebagai bahasa kerangka acuan atau rujukan norma bahasa dalam penggunaannya.
Sedangkan bahasa non baku adalah yang tidak dilembagakan dan aturannya cara pemakaiannya menyimpang dari bahasa baku.
Ciri-ciri bahasa

Kemantapan Dinamis (mantap)

Kemampuan dinamis artinya dengan bahasa yang berlaku


Cendekia

Cendekia artinya digunakan di tempat-tempat yang resmi. Bisa juga bahasa baku dalam dunia pendidikan.

Seragam

Pembakuan suatu bahasa itu merupakan menyeragamkan cara penulisan / pengucapan suatu kata / kalimat dalam suatu bahasa.


DAFTAR FUSTAKA

Prof. DR. HJ. T. Fatimah Djajasudarma. 1994. Wacana Pemahaman dan Hubungan Antarunsur.

Prof. A. Hamid Hasan Lubis. 1991. Analisis Wacana Pragmatik

Udin Ganda Supriadi, Drs. M. Hum. 2009. Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia.