Kamis, 29 Desember 2011

sastra sunda dan contoh-contohnya

PUISI LAMA DAN PUISI BARU

Sekarang saya akan berbagi pengetahuan tentang Puisi lama dan puisi baru. Sebelum ke penjelasan tentang puisi lama dan puisi baru tentu kita harus mengetahui dulu apa itu puisi ?

Menurut pradopo, puisi adalah pengekspresian pemikiran yang membangkitkan perasaan yang merangsang imajinasi pancaindra dalam susunan yang berirama (Pradopo 1987:7).

Nah, kita sudah tahu puisi itu apa ? dan sekarang saatnya masuk ke penjelasan puisi lama dan puisi baru. Puisi dibagi menjadi 2 berdasarkan periodenya yang masing-masing menunjukan ciri tersendiri. Pembahasan pertama adalah puisi lama.

I. Puisi Lama

Puisi lama adalah puisi yang ditulis dengan aturan-aturan tertentu. Seperti jumlah kata dalam satu baris yaitu 4-5 kata , jumlah baris dalam satu bait terdiri dari 4 baris, persajakan (rima) akhir tetap yaitu a-a-a-a atay a-b-a-b, kemudian banyak suku kata tiap baris tetap yaitu antara 8-12 suku kata dalam 1 barisnya dan yang terakhir irama. Irama adalah hal yang membedakan antara puisi dan karya sastra lainnya.

Puisi lama itu sendiri memiliki jenis-jenis yang berbeda. Yang perbedaannya didasarkan pada fungsi dan tujuannya. Macam-macam puisi lama tersebut antara lain :

A. Mantra

Mantra adalah susunan kata yang berunsur puisi (seperti rima dan irama) yang dianggap mengandung kekuatan gaib, biasanya diucapkan oleh dukun atau pawing untuk menandingi kekuatan gaib yang lain.

Secara umum mantra dapat dibagi kedalam empat jenis berdasarkan tujuan pelafalanya. yaitu : 1 mantra untuk pelindung diri; 2 mantra pengobatan; 3 mantra untuk pekerjaan; 4 mantra adat-istiadat. Contoh :

Mantra Ketika meramu obat

Assalammu’alaikum putri satulung besar
Yang beralun berilir simayang
Mari kecil, kemari
Aku menyanggul rambutmu
Aku membawa sadap gading
Akan membasuh mukamu

B. Gurindam

Gurindam berasal dari bahasa tamil (india) yang berarti perhiasan atau bunga . namun ada juga yang mengatakan bahwa gurindam berasal dari bahasa sansekerta. Gurindam berisi nasihat atau filsafat hidup, karena itu tidab bias digunakan untuk bersenda gurau atau berkasih-kasihan dalam seharian.

Pengertian Gurindam itu sendiri adalah bentuk puisi lama yang terdiri dari dua larik (baris), mempunyai irama akhir yang sama merupakan kesatuan yang utuh yaitu a-a;b-b;c-c. Larik pertama berisikan tentang soal atau perjanjian sedangkan bait kedua merupakan jawaban soal atau akibat dari perjanjian tersebut.

Contoh :

Kupikir kurang siasat (a)

Tentu dirimu akan tersesat (a)

Barang siapa tinggalkan sembahyang (b)

Bagai rumah tiada bertiang (b)

Jika suami tidak berhati lurus (c)

Istri pun kelak menjadi kurus (c)

C. Syair

Syair adalah salah satu jenis puisi lama. Ia berasal dari Persia (sekarang Iran) dan telah dibawa masuk ke Nusantara bersama-sama dengan kedatangan Islam. Kata syair berasal dari bahasa Arab syu’ur yang berarti perasaan. Kata syu’ur berkembang menjadi kata syi’ru yang berarti puisi dalam pengertian umum. Syair dalam kesusastraan

Salah satu penyair legendaris adalah "Si Binatang Jalang" Chairil Anwar telah menjadi inspirasi bagi perjuangan kemerdekaan bangsanya. Pria kelahiran Medan, 26 Juli 1922, ini seorang penyair legendaris Indonesia yang karya-karyanya hidup dalam batin (digemari) sepanjang zaman.

Contoh karya Chairil anwar

Diponegoro

Di masa pembangunan ini

tuan hidup kembali

Dan bara kagum menjadi api

Di depan sekali tuan menanti

Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.

Pedang di kanan, keris di kiri

Berselempang semangat yang tak bisa mati.

D. Pantun

Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara.

Dalam bahasa Jawa, misalnya, dikenal sebagai parikan dan dalam bahasa Sunda dikenal sebagai paparikan. Lazimnya pantun terdiri atas empat larik (atau empat baris bila dituliskan), bersajak akhir dengan pola a-b-a-b (tidak boleh a-a-a-a, a-a-b-b, atau a-b-b-a).

Pantun pada mulanya merupakan sastra lisan namun sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis. Pantun itu sendiri terdiri dari berbagai macam pantun yang dibedakan berdasarkan bentuk pantun itu sendiri, dan macam-macam pantun itu sendiri antara lain :

1. PANTUN BIASA

Pantun biasa sering juga disebut pantun saja, yaitu pantun yang penulisannya mengikuti cara penulisan pantun secara umum tanpa ada spesialisasi atau kekhususan
Contoh :

Kalau ada jarum patah

Jangan dimasukkan ke dalam peti

Kalau ada kataku yang salah

Jangan dimasukan ke dalam hati

2. SELOKA (PANTUN BERKAIT)

Seloka adalah pantun berkait yang tidak cukup dengan satu bait saja sebab pantun berkait merupakan jalinan atas beberapa bait yang saling memiliki hubungan.
ciri-ciri seloka antara lain :

· Baris kedua dan keempat pada bait pertama dipakai sebagai baris pertama dan ketiga bait kedua.

· Baris kedua dan keempat pada bait kedua dipakai sebagai baris pertama dan ketiga bait ketiga

· Dan seterusnya

Contoh :

Lurus jalan ke Payakumbuh,

Kayu jati bertimbal jalan

Di mana hati tak kan rusuh,

Ibu mati bapak berjalan

Kayu jati bertimbal jalan

Turun angin patahlah dahan

Ibu mati bapak berjalan

Kemana untung mau diserahkan

3. TALIBUN

Talibun adalah pantun jumlah barisnya lebih dari empat baris, tetapi harus genap misalnya 6, 8, 10 dan seterusnya.

Jika satu bait berisi enam baris, susunannya tiga sampiran dan tiga isi.

Jika satiu bait berisi delapan baris, susunannya empat sampiran dan empat isi.

Jadi :

Apabila enam baris sajaknya a – b – c – a – b – c.

Bila terdiri dari delapan baris, sajaknya a – b – c – d – a – b – c – d

Contoh :


Kalau anak pergi ke pecan (a)

Yu beli belanak pun beli sampiran

Ikan panjang beli dahulu

Kalau anak pergi berjalan

Ibu cari sanak pun cari isi

Induk semang cari dahulu

4. PANTUN KILAT ( KARMINA )

Karmina adalah pantun yang setiap baitnya terdiri dari 2 baris , baris pertama merupakan sampiran sedangkan baris kedua merupakan isi , bersajak a-a dan setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata.

Contoh :

Dahulu parang, sekarang besi (a)

Dahulu sayang sekarang benci (a)

II.Puisi Baru

Puisi Baru atau Puisi modern adalah puisi yang berkembang di Indonesia setelah masa kemerdekaan. Berdasarkan cara pengungkapannya, puisi modern dapat dibagi menjadi puisi epik, puisi lirik, dan puisi dramatik.

Berdasarkan cara pengungkapannya, dikenal adanya puisi kontemporer dan puisi konvensional. Yang tergolong puisi kontemporer yaitu: puisi mantra, puisi mbeling, serta puisi konkret. Selain itu berdasarkan keterbacaan yaitu tingkat kemudahan memaknainya, puisi terdiri dari puisi diafan, puisi prismatis, dan puisi gelap.

Macam – Macam Puisi Modern

1. Berdasarkan cara pengungkapanya

Puisi Epik, yakni puisi yang di dalamnya mengandung cerita kepahlawanan, baik kepahlawanan yang berhubungan dengan legenda, kepercayaan, maupun sejarah.

Puisi epik dibedakan menjadi dua macam yaitu:

Folk Epic : Bila nilai akhir puisi itu untuk dinyanyikan.

Literary Epic : Bilai nilai akhir puisi itu untuk dibaca, dipahami, dan diserapi maknanya.

Puisi Naratif, yaitu puisi yang di dalamnya mengandung suatu cerita, dengan pelaku, perwatakan, setting, maupun rangkaian peristiwa tertentu yang menjalin suatu cerita. Termasuk dalam puisi naratif ini adalah balada yang mengisahkan tentang kehidupan manusia dengan segala macam sifat kasih sayang, kecemburuan, kedengkian, ketakutan, kepedihan, dan kegembiraan.

Puisi Lirik, yakni puisi yang berisi luapan batin seseorang penyairnya dengan segala macam endapan pengalaman, sikap, maupun suasana batin yang melingkupinya. Jenis puisi lirik ini umumnya paling banyak terdapat dalam sastra modern seperti puisi Chairil Anwar, Goenawan Muhammad, dsb.

Puisi Dramatik, yakni salah satu jenis puisi yang secara objektif menggambarkan perilaku seseorang, baik melalui gerak badan, dialog, maupun monolog sehingga mengandung suatu gambaran kiah tertentu. Dalam puisi dramatic dapat saja penyair mengisahkan tentang dirinya atau orang lain.

Puisi Didaktik, yakni puisi yang mengandung nilai-nilai pendidikan secara eksplisit.
Puisi Satirik, yakni puisi yang mengandung sindiran atau kritik tentang kepincangan atau ketidakberesan dalam kehidupan suatu kelompok masyarakat tertentu.

Puisi Romance, ytakni puisi puisi yang berisi luapan rasa cinta seseorang terhadap sang kekasih.

Puisi Elegi, yakni puisi ratapan yang mengungkapkan rasa pedih seseorang.

Puisi Ode, yakni puisi yang berisi pujian terhadap seseorang yang memiliki jasa ataupun sikap kepahlawanan.

Puisi Himne, yakni puisi yang berisi pujian kepada Tuhan maupun ungkapan rasa cinta terhadap bangasa taupun tanah air.

2. Berdasarkan Periode

Angkatan ’45. Pengalaman hidup dan gejolak sosial-politik-budaya telah mewarnai karya sastrawan Angkatan '45. Karya sastra angkatan ini lebih realistik dibanding karya Angkatan Pujangga baru yang romantik-idealistik. Karya-karya sastra pada angkatan ini banyak bercerita tentang perjuangan merebut kemerdekaan seperti halnya puisi-puisi Chairil Anwar. Sastrawan angkatan '45 memiliki konsep seni yang diberi judul "Surat Kepercayaan Gelanggang". Konsep ini menyatakan bahwa para sastrawan angkatan '45 ingin bebas berkarya sesuai alam kemerdekaan dan hati nurani.

Contoh : Deru Campur Debu dan Kerikil Tajam (antologi puisi karya Chairil Anwar)

Angkatan 1950-1960an. Angkatan 50-an ditandai dengan terbitnya majalah sastra Kisah asuhan H.B. Jassin. Ciri angkatan ini adalah karya sastra yang didominasi dengan cerita pendek dan kumpulan puisi. Majalah tersebut bertahan sampai tahun 1956 dan diteruskan dengan majalah sastra lainnya, Sastra.

Pada angkatan ini muncul gerakan komunis dikalangan sastrawan, yang bergabung dalam Lembaga “Kebudajaan Rakjat (Lekra)” yang berkonsep sastra realisme-sosialis. Timbullah perpecahan dan polemik yang berkepanjangan diantara kalangan sastrawan di Indonesia pada awal tahun 1960; menyebabkan mandegnya perkembangan sastra karena masuk kedalam politik praktis dan berakhir pada tahun 1965 dengan pecahnya G30S di Indonesia.

Contoh : Djamil suherman – perjalanan ke akhirat

Angkatan 1966-1970an. Angkatan ini ditandai dengan terbitnya Horison (majalah sastra) pimpinan Mochtar Lubis.[3] Semangat avant-garde sangat menonjol pada angkatan ini. Banyak karya sastra pada angkatan ini yang sangat beragam dalam aliran sastra dengan munculnya karya sastra beraliran surealistik, arus kesadaran, arketip, dan absurd. Penerbit Pustaka Jaya sangat banyak membantu dalam menerbitkan karya-karya sastra pada masa ini. Sastrawan pada angkatan 1950-an yang juga termasuk dalam kelompok ini adalah Motinggo Busye, Purnawan Tjondronegoro, Djamil Suherman, Bur Rasuanto, Goenawan Mohamad, Sapardi Djoko Damono dan Satyagraha Hoerip Soeprobo dan termasuk paus sastra Indonesia, H.B. Jassin.

Beberapa satrawan pada angkatan ini antara lain: Umar Kayam, Ikranegara, Leon Agusta, Arifin C. Noer, Darmanto Jatman, Arief Budiman, Goenawan Mohamad, Budi Darma, Hamsad Rangkuti, Putu Wijaya, Wisran Hadi, Wing Kardjo, Taufik Ismail, dan banyak lagi yang lainnya.

Contoh : Tirani dan Benteng – Taufik Ismail

Angkatan 1980-1990an .Karya sastra di Indonesia pada kurun waktu setelah tahun 1980, ditandai dengan banyaknya roman percintaan, dengan sastrawan wanita yang menonjol pada masa tersebut yaitu Marga T. Karya sastra Indonesia pada masa angkatan ini tersebar luas diberbagai majalah dan penerbitan umum.

Beberapa sastrawan yang dapat mewakili angkatan dekade 1980-an ini antara lain adalah: Remy Sylado, Yudistira Ardinugraha, Noorca Mahendra, Seno Gumira Ajidarma, Pipiet Senja, Kurniawan Junaidi, Ahmad Fahrawie, Micky Hidayat, Arifin Noor Hasby, Tarman Effendi Tarsyad, Noor Aini Cahya Khairani, dan Tajuddin Noor Ganie.

Contoh :

Angkatan Reformasi. Seiring terjadinya pergeseran kekuasaan politik dari tangan Soeharto ke BJ Habibie lalu KH Abdurahman Wahid (Gus Dur) dan Megawati Sukarnoputri, muncul wacana tentang "Sastrawan Angkatan Reformasi". Munculnya angkatan ini ditandai dengan maraknya karya-karya sastra, puisi, cerpen, maupun novel, yang bertema sosial-politik, khususnya seputar reformasi. Di rubrik sastra harian Republika misalnya, selama berbulan-bulan dibuka rubrik sajak-sajak peduli bangsa atau sajak-sajak reformasi. Berbagai pentas pembacaan sajak dan penerbitan buku antologi puisi juga didominasi sajak-sajak bertema sosial-politik.

Sastrawan Angkatan Reformasi merefleksikan keadaan sosial dan politik yang terjadi pada akhir tahun 1990-an, seiring dengan jatuhnya Orde Baru. Proses reformasi politik yang dimulai pada tahun 1998 banyak melatarbelakangi kelahiran karya-karya sastra -- puisi, cerpen, dan novel -- pada saat itu. Bahkan, penyair-penyair yang semula jauh dari tema-tema sosial politik, seperti Sutardji Calzoum Bachri, Ahmadun Yosi Herfanda, Acep Zamzam Noer, dan Hartono Benny Hidayat dengan media online: duniasastra(dot)com -nya, juga ikut meramaikan suasana dengan sajak-sajak sosial-politik mereka.

Contoh : widji thukul – puisi pelo

Angkatan 2000an. Setelah wacana tentang lahirnya sastrawan Angkatan Reformasi muncul, namun tidak berhasil dikukuhkan karena tidak memiliki juru bicara, Korrie Layun Rampan pada tahun 2002 melempar wacana tentang lahirnya "Sastrawan Angkatan 2000". Sebuah buku tebal tentang Angkatan 2000 yang disusunnya diterbitkan oleh Gramedia, Jakarta pada tahun 2002. Seratus lebih penyair, cerpenis, novelis, eseis, dan kritikus sastra dimasukkan Korrie ke dalam Angkatan 2000, termasuk mereka yang sudah mulai menulis sejak 1980-an, sepertiAfrizal Malna, Ahmadun Yosi Herfanda dan Seno Gumira Ajidarma, serta yang muncul pada akhir 1990-an, seperti Ayu Utami dan Dorothea Rosa Herliany.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar